A. Pengertian Metode Pemahaman Hadis Tematik (Maudhu'iy)
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, dan bangsa Arab menerjemahkannya dengn thariqa tdan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti: cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Istilah pemahaman dalam Hadis meliputi beberapa hal, yaitu menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan hadis dan disiplin ilmu lain. Jadi metode pemahaman hadîts, adalah cara-cara yang diterapkan dalam memahami hadîts.
Dilihat dari kecenderungan ulama dalam memahami Hadis dapat diklasifikasikan kepada metode pemahaman Hadis tradisionalis dan metode pemahaman hadîts modernis. Yang dimaksud dengan metode pemahaman Hadis tradisionalis adalah memahami hadîts dengan pendekatan tekstual, dan kontekstual historis, metode ini dapat dipilah menjadi metode tahliliy (analitis), metode ijmaliy (global), dan metode muqarin (komparatif), dan metode mawdhû‘iy (tematis).
Metode pemahaman Hadis maudhu'iy adalah metode pembahasan hadis sesuai dengan tema tertentu yang dikeluarkan dari sebuah buku hadis. Semua Hadis yang berkaitan dengan tema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek. Misalnya, pendidikan menurut perspektif Hadis dalam kitab karya Al-Bukhari atau wanita dalam kitab karya Muslim, atau menghimpun hadis-hadis yang berbicara tentang puasa Ramadhan, ihsan (berbuat baik) dan lain sebagainya. Tema-tema seperti ini sekarang sedang dikembangkan dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di berbagai perguruan tinggi.
B. Langkah-Langkah dalam Metode Pemahaman Hadis Tematik (Maudhu'iy)
Dalam prakteknya, pengkajian hadis dengan metode tematik dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas;
b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam satu tema, baik secara lafal maupun secara makna melalui kegiatan Takhrij al-Hadis;
c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhatikan kemungkinan perbedaan peristiwa wurud-nya hadis (tanawwu’) dan perbedaan periwayatan hadis (lafal dan makna);
d. Melakukan kegiatan i’tibar dengan melengkapi skema sanad.
e. Melakukan penelitian sanad, meliputi: penelitian kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat yang menjadi sanad hadis bersangkutan, serta metode periwayatan yang digunakan masing-masing periwayat.
f. Melakukan penelitian matan, meliputi: kemungkinan adanya ‘illat (cacat) dan terjadinya syadz (kejanggalan).
g. Mempelajari term-term yang mengandung pengertian serupa sehingga hadis terkait bertemu pada suatu muara tanpa ada perbedaan dan kontradiksi, juga “pemaksaan” makna kepada makna yang tidak tepat.
h. Membandingkan berbagai syarahan hadis dari berbagai kitab-kitab syarah dengan tidak meninggalkan syarahan kosa kata, frase, dan klausa.
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayatayat pendukung dan data yang relevan
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep (grand concept) sebagai bentuk laporan hasil penelitian dan sebuah karya penelitian atau syarahan hadis.
Langkah nomor d, e, dan f dilakukan jika dibutuhkan, tetapi yang dibutuhkan dalam hal ini adalah mengetahui kualitas hadis-hadis yang menjadi objek penelitian.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian metode pemahaman hadis tematik (Maudhu'iy) dan langkah-langkah dalam metode pemahaman hadis tematik. Sumber Modul 4 Konsep Tawassuth, Tawazun dan Tasamuh dalam Al Quran Hadis PPG dalam Jabatan Tahun 2019 Kementerian Agama Republik Indonesia JAKARTA 2019. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, dan bangsa Arab menerjemahkannya dengn thariqa tdan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti: cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Istilah pemahaman dalam Hadis meliputi beberapa hal, yaitu menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan hadis dan disiplin ilmu lain. Jadi metode pemahaman hadîts, adalah cara-cara yang diterapkan dalam memahami hadîts.
Dilihat dari kecenderungan ulama dalam memahami Hadis dapat diklasifikasikan kepada metode pemahaman Hadis tradisionalis dan metode pemahaman hadîts modernis. Yang dimaksud dengan metode pemahaman Hadis tradisionalis adalah memahami hadîts dengan pendekatan tekstual, dan kontekstual historis, metode ini dapat dipilah menjadi metode tahliliy (analitis), metode ijmaliy (global), dan metode muqarin (komparatif), dan metode mawdhû‘iy (tematis).
Metode pemahaman Hadis maudhu'iy adalah metode pembahasan hadis sesuai dengan tema tertentu yang dikeluarkan dari sebuah buku hadis. Semua Hadis yang berkaitan dengan tema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek. Misalnya, pendidikan menurut perspektif Hadis dalam kitab karya Al-Bukhari atau wanita dalam kitab karya Muslim, atau menghimpun hadis-hadis yang berbicara tentang puasa Ramadhan, ihsan (berbuat baik) dan lain sebagainya. Tema-tema seperti ini sekarang sedang dikembangkan dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di berbagai perguruan tinggi.
B. Langkah-Langkah dalam Metode Pemahaman Hadis Tematik (Maudhu'iy)
Dalam prakteknya, pengkajian hadis dengan metode tematik dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas;
b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam satu tema, baik secara lafal maupun secara makna melalui kegiatan Takhrij al-Hadis;
c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhatikan kemungkinan perbedaan peristiwa wurud-nya hadis (tanawwu’) dan perbedaan periwayatan hadis (lafal dan makna);
d. Melakukan kegiatan i’tibar dengan melengkapi skema sanad.
e. Melakukan penelitian sanad, meliputi: penelitian kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat yang menjadi sanad hadis bersangkutan, serta metode periwayatan yang digunakan masing-masing periwayat.
f. Melakukan penelitian matan, meliputi: kemungkinan adanya ‘illat (cacat) dan terjadinya syadz (kejanggalan).
g. Mempelajari term-term yang mengandung pengertian serupa sehingga hadis terkait bertemu pada suatu muara tanpa ada perbedaan dan kontradiksi, juga “pemaksaan” makna kepada makna yang tidak tepat.
h. Membandingkan berbagai syarahan hadis dari berbagai kitab-kitab syarah dengan tidak meninggalkan syarahan kosa kata, frase, dan klausa.
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayatayat pendukung dan data yang relevan
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep (grand concept) sebagai bentuk laporan hasil penelitian dan sebuah karya penelitian atau syarahan hadis.
Langkah nomor d, e, dan f dilakukan jika dibutuhkan, tetapi yang dibutuhkan dalam hal ini adalah mengetahui kualitas hadis-hadis yang menjadi objek penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.