A. Sejarah Penafsiran al-Qur`an pada masa Tabi’in.
1. Kondisi Penafsiran.
Periode pertama berakhir ditandai dengan berakhirnya generasi Sahabat. Lalu dimulailah periode tafsir kedua, yaitu periode Tabi’in yang belajar langsung dari para Sahabat. Sumber penafsiran pada masa Tabi’in ini adalah:
1) Al-Qur`an.
2) Hadis nabi Muhammad Saw..
3) Pendapat Sahabat.
4) Informasi Ahli Kitab yang bersumber dari kitab-kitab suci mereka (isra`iliyyat).
5) Ijtihad.
Di masa Tabi’in, kebutuhan akan tafsir jauh lebih meningkat, dikarenakan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta banyaknya orang non Arab yang berbondong bondong memeluk agama Islam. Maka, pada saat itulah berdiri madrasah-madrasah tafsir yang terkenal, dimana gurunya adalah para Sahabat dan muridnya adalah para Tabi’in. Muncullah tiga madrasah tafsir termashur di Mekah, Madinah dan di Irak.
Madrasah tafsir di Mekah dipelopori bin ‘Abbas. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Sa’id bin Jubair, Mujahid, ‘Ikrimah Maula bin ‘Abbas, Tawus bin Kissan al-Yamani, dan ‘Aṭa’ bin Rabaḥ.
Madrasah tafsir di Madinah dipelopori Ubai bin Ka’ab. Diantara muridnya dari kalangan Tabi’in adalah Zaid bin Aslam, Abu ‘Aliyah, dan Muḥammad bin Ka’b al Qarazi.
Di Kufah atau Irak, Madrasah tafsir dipelopori oleh Abdullah bin Mas’ud. Diantara muridnya yang termashur dari kalangan Tabi’in adalah ‘Alqamah bin Qais, Masruq, Aswad bin Yazid, Murrah al-Hamadani, ‘Amir asy-Sya’bi, Hasan al-Basri, Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
2. Karakteristik Penafsiran Pada Masa Tabi’in.
Tafsir pada masa Tabi’in mempunyai karakter sebagai berikut:
1) Banyak mengambil sumber dari kisah isra`iliyyat. Hal ini karena banyak ahli kitab yang masuk Islam, dan pikiran mereka masih melekat ajaran kitab suci mereka, khususnya pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan hukum syariat, seperti awal penciptaan dan lain-lain.
2) Mulai muncul banyaknya perbedaan dalam penafiran, jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
3) Munculnya benih-benih perbedaan mazhab.
2. Sejarah Tafsir al-Qur`an pada Masa Sahabat
B. Sejarah Penafsiran al-Qur`an Pada Masa Tadwin (Pembukuan Kitab Tafsir)
Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir kekhalifahan Bani Umayah dan awal kekhalifahan Bani ‘Abbasiyah. Dalam periode ini tafsir memasuki beberapa tahap:
Tahap Pertama.
Pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui periwayatan. Sahabat meriwayatkan dari Rasulullah Saw, sebagaimana sebagian Sahabat meriwayatkan dari sebagian yang lain; lalu Tabi’in meriwayatkan dari Sahabat, seperti halnya sebagian dari Tabi’in meriwayatkan dari sebagian yang lain.
Tahap Kedua.
Setelah masa Sahabat dan Tabi’in, tafsir memasuki tahap kedua, yaitu ketika hadis Rasulullah Saw. mulai dibukukan. Kitab-kitab hadis memuat banyak bab, dan tafsir dijadikan satu bab tersendiri dalam kitab-kitab hadis. Pada waktu itu, belum ada buku khusus tentang tafsir. Para penulis tafsir pada tahap ini diantaranya adalah Yazid bin Harun as-Sulami (w. 117 H), Syu’bah bin al-Hajjaj (w. 160 H), Waki’ bin Jarrah (w. 197 H), Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H), Rauh bin Ubadah al-Basri (w. 205 H), Abdurrazaq bin Hammam (w. 211 H), Adam bin Abu ‘Iyas (w. 220 H), dan Abdullah bin Humaid (w. 249 H), yang kesemuanya pada dasarnya adalah imam dan tokoh tokoh ilmu hadis.
Tahap Ketiga.
Setelah itu tafsir mulai dipisahkan dari Hadis, sehingga ia menjadi ilmu tersendiri. Setiap ayat dalam al-Qur`an diberi penafsiran, dan disusun sesuai susunan mushaf. Pekerjaan ini dilakukan oleh beberapa ulama, diantaranya adalah Ibn Majah, Ibn Jarir at-Tabari, Abu Bakar bin Munzir an-Nisaburi dan lain-lain.
Tahap Keempat.
Pada tahap ini para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Namun pada tahap ini mulai ada perubahan dari segi sanad. Penulis tafsir meringkas penulisan sanad dan menulis berbagai pendapat yang diriwayatkan dari para mufassir pendahulu mereka tanpa menyandarkan pendapat tersebut kepada orang yang mengemukakannya. Maka, terjadilah banyak pemalsuan dalam tafsir, riwayat yang sahih bercampur dengan riwayat yang cacat dan mencantumkan isra`iliyyat.
Tahap Kelima.
Terjadinya penulisan tafsir yang memadukan antara pemahaman rasional dan tafsir metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Hal ini berlangsung sejak masa Abbasiyah hingga sekarang.
1. Kondisi Penafsiran.
Periode pertama berakhir ditandai dengan berakhirnya generasi Sahabat. Lalu dimulailah periode tafsir kedua, yaitu periode Tabi’in yang belajar langsung dari para Sahabat. Sumber penafsiran pada masa Tabi’in ini adalah:
1) Al-Qur`an.
2) Hadis nabi Muhammad Saw..
3) Pendapat Sahabat.
4) Informasi Ahli Kitab yang bersumber dari kitab-kitab suci mereka (isra`iliyyat).
5) Ijtihad.
Di masa Tabi’in, kebutuhan akan tafsir jauh lebih meningkat, dikarenakan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta banyaknya orang non Arab yang berbondong bondong memeluk agama Islam. Maka, pada saat itulah berdiri madrasah-madrasah tafsir yang terkenal, dimana gurunya adalah para Sahabat dan muridnya adalah para Tabi’in. Muncullah tiga madrasah tafsir termashur di Mekah, Madinah dan di Irak.
Madrasah tafsir di Mekah dipelopori bin ‘Abbas. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Sa’id bin Jubair, Mujahid, ‘Ikrimah Maula bin ‘Abbas, Tawus bin Kissan al-Yamani, dan ‘Aṭa’ bin Rabaḥ.
Madrasah tafsir di Madinah dipelopori Ubai bin Ka’ab. Diantara muridnya dari kalangan Tabi’in adalah Zaid bin Aslam, Abu ‘Aliyah, dan Muḥammad bin Ka’b al Qarazi.
Di Kufah atau Irak, Madrasah tafsir dipelopori oleh Abdullah bin Mas’ud. Diantara muridnya yang termashur dari kalangan Tabi’in adalah ‘Alqamah bin Qais, Masruq, Aswad bin Yazid, Murrah al-Hamadani, ‘Amir asy-Sya’bi, Hasan al-Basri, Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
2. Karakteristik Penafsiran Pada Masa Tabi’in.
Tafsir pada masa Tabi’in mempunyai karakter sebagai berikut:
1) Banyak mengambil sumber dari kisah isra`iliyyat. Hal ini karena banyak ahli kitab yang masuk Islam, dan pikiran mereka masih melekat ajaran kitab suci mereka, khususnya pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan hukum syariat, seperti awal penciptaan dan lain-lain.
2) Mulai muncul banyaknya perbedaan dalam penafiran, jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
3) Munculnya benih-benih perbedaan mazhab.
Baca Juga :
1. Sejarah Penafsiran al-Qur`an pada Masa Nabi Muhammad Saw2. Sejarah Tafsir al-Qur`an pada Masa Sahabat
B. Sejarah Penafsiran al-Qur`an Pada Masa Tadwin (Pembukuan Kitab Tafsir)
Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir kekhalifahan Bani Umayah dan awal kekhalifahan Bani ‘Abbasiyah. Dalam periode ini tafsir memasuki beberapa tahap:
Tahap Pertama.
Pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui periwayatan. Sahabat meriwayatkan dari Rasulullah Saw, sebagaimana sebagian Sahabat meriwayatkan dari sebagian yang lain; lalu Tabi’in meriwayatkan dari Sahabat, seperti halnya sebagian dari Tabi’in meriwayatkan dari sebagian yang lain.
Tahap Kedua.
Setelah masa Sahabat dan Tabi’in, tafsir memasuki tahap kedua, yaitu ketika hadis Rasulullah Saw. mulai dibukukan. Kitab-kitab hadis memuat banyak bab, dan tafsir dijadikan satu bab tersendiri dalam kitab-kitab hadis. Pada waktu itu, belum ada buku khusus tentang tafsir. Para penulis tafsir pada tahap ini diantaranya adalah Yazid bin Harun as-Sulami (w. 117 H), Syu’bah bin al-Hajjaj (w. 160 H), Waki’ bin Jarrah (w. 197 H), Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H), Rauh bin Ubadah al-Basri (w. 205 H), Abdurrazaq bin Hammam (w. 211 H), Adam bin Abu ‘Iyas (w. 220 H), dan Abdullah bin Humaid (w. 249 H), yang kesemuanya pada dasarnya adalah imam dan tokoh tokoh ilmu hadis.
Tahap Ketiga.
Setelah itu tafsir mulai dipisahkan dari Hadis, sehingga ia menjadi ilmu tersendiri. Setiap ayat dalam al-Qur`an diberi penafsiran, dan disusun sesuai susunan mushaf. Pekerjaan ini dilakukan oleh beberapa ulama, diantaranya adalah Ibn Majah, Ibn Jarir at-Tabari, Abu Bakar bin Munzir an-Nisaburi dan lain-lain.
Tahap Keempat.
Pada tahap ini para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Namun pada tahap ini mulai ada perubahan dari segi sanad. Penulis tafsir meringkas penulisan sanad dan menulis berbagai pendapat yang diriwayatkan dari para mufassir pendahulu mereka tanpa menyandarkan pendapat tersebut kepada orang yang mengemukakannya. Maka, terjadilah banyak pemalsuan dalam tafsir, riwayat yang sahih bercampur dengan riwayat yang cacat dan mencantumkan isra`iliyyat.
Tahap Kelima.
Terjadinya penulisan tafsir yang memadukan antara pemahaman rasional dan tafsir metode periwayatan dari Rasul, Sahabat dan Tabi’in. Hal ini berlangsung sejak masa Abbasiyah hingga sekarang.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang sejarah penafsiran al-Qur`an pada masa tabi’in dan masa Tadwin (pembukuan kitab tafsir). Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.