Metode Rasulullah Saw. dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam adakalanya melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), maupun ketetapan (taqrir). Oleh karenanya apa yang dilihat oleh ataupun disaksikan oleh para sahabat baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi merupakan landasan bagi amaliyah seharihari mereka. Nabi Muhammad Saw. di mata para sahabatnya adalah idola yang paling sempurna. Rasulullah Saw. merupakan sentral kehidupan keagamaan dan keduniawian.
Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, perhatian para sahabat lebih terkonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para sahabat yang pandai menulis ditugasi beliau Saw untuk menulis Al-Qur’an. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, dan batu-batuan. Sedangkan hadis pada saat itu secara umum tidak tercatat. Namun hadis diterima dengan mengandalkan hapalan para sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi.
Para sahabat memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. Situasi dan latar belakang sosiohistoris mereka masing-masing menunjukkan keragaman tingkat penerimaan hadis mereka. Sebagian ada yang tinggal di kota, sebagian lagi ada yang di kampung. Jarak mempengaruhi frekuensi pertemuan mereka dengan Nabi, sehingga juga berdampak pada banyak sedikitnya hadis yang mereka dapatkan.
Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi Saw. Di antara mereka ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw.
2. Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing sahabat.
3. Perbedaan waktu masuk Islam. Ada yang masuk Islamnya lebih awal, ada pula yang belakangan.
Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari Rasulullah Saw terdapat beberapa kelompok, di antaranya:
Pertama, mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan as-Sabiqun al-Awwalun, seperti al-Khulafa’ ar-Rasyidun, yaitu Abu Bakar as -Siddiq, ‘Umar bin Khattab, ‘Usman bin Affan, dan ‘Ali bin Abi Talib serta 'Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H).
Kedua, mereka yang senantiasa berada di samping Rasul Saw dan bersungguh-sungguh menghafal hadis, seperti, Abu Hurairah (w. 59 H), atau mereka mencatatnya, seperti, ‘Abdullah bin ‘Amr bin as -‘As ra. Ketiga, mereka memiliki usia panjang, seperti Anas bin Malik ra. (w. 93 H/711 M) dan Abdullah bin Abbas ra. (w. 69 H/689 M); dan keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi Saw. seperti, ‘Aisyah (w. 58 H/678 M) dan Ummu Salamah (w. 59 H).
Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, perhatian para sahabat lebih terkonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para sahabat yang pandai menulis ditugasi beliau Saw untuk menulis Al-Qur’an. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, dan batu-batuan. Sedangkan hadis pada saat itu secara umum tidak tercatat. Namun hadis diterima dengan mengandalkan hapalan para sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi.
Para sahabat memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. Situasi dan latar belakang sosiohistoris mereka masing-masing menunjukkan keragaman tingkat penerimaan hadis mereka. Sebagian ada yang tinggal di kota, sebagian lagi ada yang di kampung. Jarak mempengaruhi frekuensi pertemuan mereka dengan Nabi, sehingga juga berdampak pada banyak sedikitnya hadis yang mereka dapatkan.
Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi Saw. Di antara mereka ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw.
2. Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing sahabat.
3. Perbedaan waktu masuk Islam. Ada yang masuk Islamnya lebih awal, ada pula yang belakangan.
Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari Rasulullah Saw terdapat beberapa kelompok, di antaranya:
Pertama, mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan as-Sabiqun al-Awwalun, seperti al-Khulafa’ ar-Rasyidun, yaitu Abu Bakar as -Siddiq, ‘Umar bin Khattab, ‘Usman bin Affan, dan ‘Ali bin Abi Talib serta 'Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H).
Kedua, mereka yang senantiasa berada di samping Rasul Saw dan bersungguh-sungguh menghafal hadis, seperti, Abu Hurairah (w. 59 H), atau mereka mencatatnya, seperti, ‘Abdullah bin ‘Amr bin as -‘As ra. Ketiga, mereka memiliki usia panjang, seperti Anas bin Malik ra. (w. 93 H/711 M) dan Abdullah bin Abbas ra. (w. 69 H/689 M); dan keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi Saw. seperti, ‘Aisyah (w. 58 H/678 M) dan Ummu Salamah (w. 59 H).
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang perbedaan tingkat penerimaan hadis di kalangan sahabat Nabi Saw. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Hadis Ilmu Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.