A. Biografi Imam Ahmad bin Hambal.
Nama beliau adalah Ah ̣mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan az-Zuhli asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di kota Bagdad.
Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal tahun 164 hijriah. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah.
Ayah beliau, Muh ̣ammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah seorang panglima.
Al-Qur’an adalah lmu yang pertama kali dikuasainya sehingga ia hapal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna sehingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Setelah itu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadis di awal umur 15 tahun. Ia telah mempelajari hadis sejak kecil dan untuk mempelajari hadis ini ia pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur’ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihapalnya di luar kepala. Ia menghapal sampai sejuta hadis.
Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadis) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadis dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadis. Ulama lain yang menjadi sumber beliau dalam belajar adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al- Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”
Murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) hadits, fikih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur‘ah, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Asram, dan lain-lain.
Imam Syafi‘i pernah mengusulkan kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada hari-hari akhir hidup khalifah tersebut, agar mengangkat Imam Ahmad menjadi qaḍi di Yaman, tetapi Imam Ahmad menolaknya dan berkata kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang kepada Anda untuk mengambil ilmu dari Anda, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi qadhi untuk mereka.”
Setelah itu pada tahun 195, Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.
Tentang Imam Ahmad, Imam Syafi‘i berkata, “Aku keluar (meninggalkan) Bagdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal”
Yahya bin Ma’in menuturkan; ‘Aku tidak pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadis karena Allah kecuali tiga orang: Ya’la bin ‘Ubaid, Al-Qa’nabi, Ahmad bin Ḥanbal.”
B. Karya Imam Ahmad bin Hambal.
Imam Ahmad bin Hanbal termasuk salah seorang ulama yang produktif. Beberapa kitab buah pena beliau antara lain; Kitab Al- Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadis, Al-‘Ilal, An-Nasikh wa al-Mansukh, Az-Zuhd, Al-Asyribah, Al-Iman, Al-Faa`il, Al-Fara`id, Al-Manasik, Ta’atu ar-Rasl, Al-Muqaddam wa al-mu`akhkhar, Jawwabat al-Qur`an, Hadiś Syu’bah, Nafyu at-Tasybih, Al-Imamah, Kitab al-Fitan, Kitab fadaili ahli al-bait, Musnad ahli al-Bait, al Asma` wa al-Kuna, Kitab at tarikh, dan lain-lain.
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu.
Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau berpulang. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai ratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau.
Nama beliau adalah Ah ̣mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan az-Zuhli asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di kota Bagdad.
Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal tahun 164 hijriah. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah.
Ayah beliau, Muh ̣ammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah seorang panglima.
Al-Qur’an adalah lmu yang pertama kali dikuasainya sehingga ia hapal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna sehingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Setelah itu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadis di awal umur 15 tahun. Ia telah mempelajari hadis sejak kecil dan untuk mempelajari hadis ini ia pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur’ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihapalnya di luar kepala. Ia menghapal sampai sejuta hadis.
Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadis) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadis dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadis. Ulama lain yang menjadi sumber beliau dalam belajar adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al- Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”
Murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) hadits, fikih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur‘ah, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Asram, dan lain-lain.
Imam Syafi‘i pernah mengusulkan kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada hari-hari akhir hidup khalifah tersebut, agar mengangkat Imam Ahmad menjadi qaḍi di Yaman, tetapi Imam Ahmad menolaknya dan berkata kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang kepada Anda untuk mengambil ilmu dari Anda, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi qadhi untuk mereka.”
Setelah itu pada tahun 195, Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.
Tentang Imam Ahmad, Imam Syafi‘i berkata, “Aku keluar (meninggalkan) Bagdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal”
Yahya bin Ma’in menuturkan; ‘Aku tidak pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadis karena Allah kecuali tiga orang: Ya’la bin ‘Ubaid, Al-Qa’nabi, Ahmad bin Ḥanbal.”
B. Karya Imam Ahmad bin Hambal.
Imam Ahmad bin Hanbal termasuk salah seorang ulama yang produktif. Beberapa kitab buah pena beliau antara lain; Kitab Al- Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadis, Al-‘Ilal, An-Nasikh wa al-Mansukh, Az-Zuhd, Al-Asyribah, Al-Iman, Al-Faa`il, Al-Fara`id, Al-Manasik, Ta’atu ar-Rasl, Al-Muqaddam wa al-mu`akhkhar, Jawwabat al-Qur`an, Hadiś Syu’bah, Nafyu at-Tasybih, Al-Imamah, Kitab al-Fitan, Kitab fadaili ahli al-bait, Musnad ahli al-Bait, al Asma` wa al-Kuna, Kitab at tarikh, dan lain-lain.
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu.
Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau berpulang. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai ratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang biografi Imam Ahmad bin Hambal dan karya Imam Ahmad bin Hambal. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Hadis Ilmu Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.