Shalahudin Al Ayyubi selalu berupaya agar Baitul Maqdis terbebas dari cengkeraman penjajah Eropa dan pasukan salib. Tetapi, ada kendala cukup serius yang berasal dari dalam negeri, yaitu adanya kelompok Hasyasyin yang beraliran Syi’ah. Kelompok ini selalu mengganggu stabilitas kepemimpinan Shalahudin Al Ayyubi yang beraliran Sunni. Target mereka adalah mengembalikan kekuasaan Dinasti Fathimiyah.
Gerakan mereka sangat rapi, berawal dari Syam kemudian ke Mesir menuju istana Shalahudin Al Ayyubi melalui seseorang yang disusupkan untuk memprovokasi masyarakat agar tumbuh kebencian kepada pimpinan mereka dan timbul kekacauan. Penyusup dari anggota Hasyasyin itu masuk ke kamar Shalahudin Al Ayyubi yang malam itu sedang keluar dari rumahnya. Setelah berhasil masuk kemudian meletakkan sebilah belati yang penuh dengan darah di atas bantal Shalahudin Al Ayyubi. Di sebelah belati itu diletakkan pula sebuah surat ancaman yang ditujukan kepada Shalahudin Al Ayyubi.
Mendapati ancaman tersebut, Shalahudin Al Ayyubi yang sudah terbiasa mendapat berbagai ancaman, sama sekali tidak gentar. Justru ia bertambah kuat keinginannya untuk memberantas kelompok itu. Maka pada tahun 572 H / 1176 M Shalahudin Al Ayyubi mengambil langkah segera mengirimkan pasukan ke Syam dan memberantas mereka.
Dalam pertempuran itu, pihak pengacau mengalami banyak jatuh korban yang akhirnya mereka menyerah dan mengajukan usul perdamaian agar mendapat keringanan hukuman dari Shalahudin Al Ayyubi. Usul damai itu diterima dengan tangan terbuka oleh Shalahudin Al Ayyubi karena ia ingin lebih berkonsentrasi menghadapi pasukan Eropa dan Salib yang telah merencanakan akan merebut Mesir dari kaum muslimin.
Perkiraan Shalahudin Al Ayyubi benar adanya, terbukti baru saja pasukan Shalahudin Al Ayyubi yang berada di Syam menyelesaikan urusan perdamaian dan hendak menuju Mesir, tentara salib dan Eropa sudah berada di perbatasan Syam dan menyerang kaum mislimin. Keadaan yang tidak menguntungkan itu membuat Shalahudin Al Ayyubi marah, maka ia bersama pasukannya segera bergerak cepat dan membalas serangan lawan. Pasukan Salib bercerai berai dan meninggalkan gelanggang pertempuran. Keberanian Shalahudin Al Ayyubi menumbuhkan kecintaan kaum muslimin di Syam dan menganggap bahwa Shalahudin Al Ayyubi adalah pemimpin mereka yang sejati.
Tekad Shalahudin Al Ayyubi untuk menghancurkan pasukan salib itu karena ia paham betul bahwa mereka tidak akan pernah rela apabila kaum muslimin menjadi satu dan kuat. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan kekuatan Islam dan selalu berupaya untuk menghabisi Shalahudin Al Ayyubi sebagai kunci utama kekuatan kaum muslimin di wilayah timur.
Perjuangan melelahkan di Syam itu akhirnya selesai, sebelum berangkat ke Mesir Shalahudin Al Ayyubi menunjuk saudaranya yang bernama Turansyah untuk memimpin rakyat Syam.
Setibanya di Mesir, Shalahudin Al-Ayyubi bersama pasukannya beristirahat untuk menenangkan pikiran. Para anggota militer diberi libur panjang, sekaligus sebagai persiapan menghadapi pasukan lawan yang selalu membuat onar di daerah perbatasan. Barulah setelah itu Shalahudin Al Ayyubi berkonsentrasi penuh pada pembangunan dalam negeri. Pembangunan di bidang pendidikan dan sosial digencarkan. Madrasah-madrasah banyak didirikan, membangun sarana dan prasarana jalan, menciptakan lahan pertanian dan perkebunan, meningkatkan kesejahteraan pegawai, meringankan beban pajak masyarakat.
Gerakan mereka sangat rapi, berawal dari Syam kemudian ke Mesir menuju istana Shalahudin Al Ayyubi melalui seseorang yang disusupkan untuk memprovokasi masyarakat agar tumbuh kebencian kepada pimpinan mereka dan timbul kekacauan. Penyusup dari anggota Hasyasyin itu masuk ke kamar Shalahudin Al Ayyubi yang malam itu sedang keluar dari rumahnya. Setelah berhasil masuk kemudian meletakkan sebilah belati yang penuh dengan darah di atas bantal Shalahudin Al Ayyubi. Di sebelah belati itu diletakkan pula sebuah surat ancaman yang ditujukan kepada Shalahudin Al Ayyubi.
Mendapati ancaman tersebut, Shalahudin Al Ayyubi yang sudah terbiasa mendapat berbagai ancaman, sama sekali tidak gentar. Justru ia bertambah kuat keinginannya untuk memberantas kelompok itu. Maka pada tahun 572 H / 1176 M Shalahudin Al Ayyubi mengambil langkah segera mengirimkan pasukan ke Syam dan memberantas mereka.
Dalam pertempuran itu, pihak pengacau mengalami banyak jatuh korban yang akhirnya mereka menyerah dan mengajukan usul perdamaian agar mendapat keringanan hukuman dari Shalahudin Al Ayyubi. Usul damai itu diterima dengan tangan terbuka oleh Shalahudin Al Ayyubi karena ia ingin lebih berkonsentrasi menghadapi pasukan Eropa dan Salib yang telah merencanakan akan merebut Mesir dari kaum muslimin.
Perkiraan Shalahudin Al Ayyubi benar adanya, terbukti baru saja pasukan Shalahudin Al Ayyubi yang berada di Syam menyelesaikan urusan perdamaian dan hendak menuju Mesir, tentara salib dan Eropa sudah berada di perbatasan Syam dan menyerang kaum mislimin. Keadaan yang tidak menguntungkan itu membuat Shalahudin Al Ayyubi marah, maka ia bersama pasukannya segera bergerak cepat dan membalas serangan lawan. Pasukan Salib bercerai berai dan meninggalkan gelanggang pertempuran. Keberanian Shalahudin Al Ayyubi menumbuhkan kecintaan kaum muslimin di Syam dan menganggap bahwa Shalahudin Al Ayyubi adalah pemimpin mereka yang sejati.
Tekad Shalahudin Al Ayyubi untuk menghancurkan pasukan salib itu karena ia paham betul bahwa mereka tidak akan pernah rela apabila kaum muslimin menjadi satu dan kuat. Mereka tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan kekuatan Islam dan selalu berupaya untuk menghabisi Shalahudin Al Ayyubi sebagai kunci utama kekuatan kaum muslimin di wilayah timur.
Perjuangan melelahkan di Syam itu akhirnya selesai, sebelum berangkat ke Mesir Shalahudin Al Ayyubi menunjuk saudaranya yang bernama Turansyah untuk memimpin rakyat Syam.
Setibanya di Mesir, Shalahudin Al-Ayyubi bersama pasukannya beristirahat untuk menenangkan pikiran. Para anggota militer diberi libur panjang, sekaligus sebagai persiapan menghadapi pasukan lawan yang selalu membuat onar di daerah perbatasan. Barulah setelah itu Shalahudin Al Ayyubi berkonsentrasi penuh pada pembangunan dalam negeri. Pembangunan di bidang pendidikan dan sosial digencarkan. Madrasah-madrasah banyak didirikan, membangun sarana dan prasarana jalan, menciptakan lahan pertanian dan perkebunan, meningkatkan kesejahteraan pegawai, meringankan beban pajak masyarakat.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kisah Shalahuddin Al-Ayyubi menghadapi pemberontakan dan ancaman kelompok Hasyasyin. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Akhlak Tasawuf Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.