A. Lafal Bacaan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169 dan Artinya.
yaa ayyuhaa nnaasu kuluu mimmaa fii l-ardhi halaalan thayyiban walaa tattabi'uu khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. al-Baqarah : 168).
innamaa ya'murukum bissuu-i walfahsyaa-i wa-an taquuluu 'alaa laahi maa laa ta'lamuun
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.” (QS. al-Baqarah : 169).
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169.
Kata seruan “wahai manusia” pada QS. al-Baqarah ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri atas Banıi Suaqi, Bani Amir bin Sa‘sa‘ah, Khuza‘ah dan Bani Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis binatang menurut kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak ke lima jantan, lalu dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah Swt tidak mengharamkan binatang jenis itu.
Allah Swt menyuruh manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya adalah makanan yang haram dari segi hukum agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya seperti telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang makanan yang halal dari segi hakikatnya adalah makanan yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar menurut agama.
Sebaliknya makanan yang haram adalah makanan yang secara zatnya dilarang oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram karena hakikatnya yaitu haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayamitu dalal zatnya, namun karena cara mendapatkannya dilarang agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk makanan yang lain.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik itu adalah yang berguna dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain makanan tersebut juga harus diolah dengan benar dan dibuat sesuai dengan yang memakannya.
Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di akhir ayat ini Allah Swt mengingatkan kepada manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan adalah musuh manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah Swt. Jiwanya keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya. Dalam riwayat al-Hafiz Abu Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Demi zat yang diri Muhammad Saw ada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya yang memasukkan sesuap makanan haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.”
Dalam QS. al-Baqarah ayat 169 Allah Swt menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh manusia untuk melakukan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela bila seseorang itu beriman kepada Allah Swt dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Setan selalu membujuk manusia ingkar kepada Allah Swt. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya, yang mana manusia dibujuk dalam hal makanan, baik cara mendapatkan maupun cara memakannya. Semua terlihat enak agar manusia terperangkap dalam perangkap setan yang menjerumuskan.
Paling akhir setan berusaha agar manusia mengatakan terhadap Allah Swt apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya manusia akan menjadi mabuk oleh kebiasaan setan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong setan, mengikuti jejak setan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang akhirnya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
yaa ayyuhaa nnaasu kuluu mimmaa fii l-ardhi halaalan thayyiban walaa tattabi'uu khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. al-Baqarah : 168).
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
innamaa ya'murukum bissuu-i walfahsyaa-i wa-an taquuluu 'alaa laahi maa laa ta'lamuun
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.” (QS. al-Baqarah : 169).
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169.
Kata seruan “wahai manusia” pada QS. al-Baqarah ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri atas Banıi Suaqi, Bani Amir bin Sa‘sa‘ah, Khuza‘ah dan Bani Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis binatang menurut kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak ke lima jantan, lalu dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah Swt tidak mengharamkan binatang jenis itu.
Allah Swt menyuruh manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya adalah makanan yang haram dari segi hukum agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya seperti telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang makanan yang halal dari segi hakikatnya adalah makanan yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar menurut agama.
Sebaliknya makanan yang haram adalah makanan yang secara zatnya dilarang oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram karena hakikatnya yaitu haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayamitu dalal zatnya, namun karena cara mendapatkannya dilarang agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk makanan yang lain.
Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik itu adalah yang berguna dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain makanan tersebut juga harus diolah dengan benar dan dibuat sesuai dengan yang memakannya.
Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di akhir ayat ini Allah Swt mengingatkan kepada manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan adalah musuh manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah Swt. Jiwanya keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya. Dalam riwayat al-Hafiz Abu Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Demi zat yang diri Muhammad Saw ada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya yang memasukkan sesuap makanan haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.”
Dalam QS. al-Baqarah ayat 169 Allah Swt menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh manusia untuk melakukan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela bila seseorang itu beriman kepada Allah Swt dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Setan selalu membujuk manusia ingkar kepada Allah Swt. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya, yang mana manusia dibujuk dalam hal makanan, baik cara mendapatkan maupun cara memakannya. Semua terlihat enak agar manusia terperangkap dalam perangkap setan yang menjerumuskan.
Paling akhir setan berusaha agar manusia mengatakan terhadap Allah Swt apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya manusia akan menjadi mabuk oleh kebiasaan setan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong setan, mengikuti jejak setan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang akhirnya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 168 dan 169. Sumber Buku Al Qur'an Hadits Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.