Sabar Menghadapi Ujian dan Cobaan. Selama roda kehidupan terus berputar, seorang takkan pernah luput dari menuai ujian dan cobaan. Dengan berbagai musibah yang datang silih berganti ini, hendaknya seseorang introspeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bukan mengambil jalan pintas dengan mengklaim ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Karena tidak ada yang bisa memberikan solusi terbaik dari berbagai ujian dan cobaan hidup melainkan hanya Allah Swt.
Bacaan Teks Al-Qur'an Surat Al-Baqarah:155
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
Memahami Isi Kandungan QS. al-Baqarah; 155.
Allah Swt akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan uji.
Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang tidak disenangi, antara lain (mushibah), (bala’), (‘adzab), (‘iqab) dan (fitnah).
1) Musibah.
Pada mulanya berarti mengenai atau menimpa. Memang bisa saja yang mengenai itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Tetapi bila alQur’an menggunakan kata mushîbah, maka ia berarti sesuatu yang tidakmenyenangkan yang menimpa manusia. Al-Qur`an mengisyaratkan, “tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri”.
Ada beberapa hal yang dapat ditarik dari uraian al-Qur’an tentang mushibah.
a) Musibah terjadi karena ulah manusia (QS. al-Syura : 30, QS. al Nisa’: 79).
b) Mushibah tidak terjadi kecuali atas izin Allah Swt (QS. at-Taghabun : 11, QS. al-Baqarah : 157).
c) Musibah antara lain bertujuan menempa manusia (QS. al-Hadid : 22).
2) Bala’.
Sesuatu yang datang langsung dari Tuhan tanpa keterlibatan manusia, kecuali menerimanya. Dengan menurunkan bala’, Allah Swt. menguji untuk menampakkan kualitas seseorang.
a) Bala’/ujian adalah keniscayaan hidup. Apa saja yang dilakukan Allah, tanpa keterlibatan yang diuji dalam menentukan cara dan bentuk ujian itu. Artinya Yang menentukan cara, waktu dan bentuk ujian adalah Allah Swt., (QS. al-Mulk : 2, QS. al Baqarah): 124).
b) Ujian/ bala’ merupakan Anugerah/nikmat Allah Kalau ayat di atas menguraikan aneka bala (ujian) yang tidak menyenangkan, maka ada juga ujian-Nya yang menyenangkan. (QS. al Anbiya’ : 35, QS. al-Naml : 40, QS. al-Fajr : 15-17)
c) Anugerah/nikmat yang berupa ujian itu, tidak dapat dijadikan bukti kasih Ilahi sebagaimana penderitaan tidak selalu berarti murka-Nya.(QS. al-Fajr : 15-17)
d) Bala’/ujian yang menimpa seseorang dapat merupakan cara Tuhan mengampuni dosa, menyucikan jiwa dan meninggikan derajatnya. (QS. Ali ‘Imran : 154).
3) Fitnah.
Kata fitnah terambil dari akar kata yang berarti membakar. Pandai emas membakar emas untuk mengetahui kualitasnya. Kata fitnah dapat berarti ujian atau siksaan, berarti bencana itu datang dari perbuatan seseorang ataukelompok, tetapi dampaknya mengenai orang yang tidak bersalah.
Terhadap orang yang tidak bersalah dan terkena bencana itu, Tuhan menjadikan dia alat untuk mengingatkan orang lain. Ketika Allah Swt. menjadikan seseorang sebagai alat atau sarana, tidak mungkin orang itu disiasiakan.
Al-Qur`an pada umumnya menggunakannya dalam arti siksa atau ujian/ cobaan. QS. al-Anbiya’ : 35.
Adapun sikap terbaik dalam menerima ujian Allah Swt adalah:
a) Introspeksi.
Intropeksi terambil dari kata intro yang berarti kedalam dan spectrum yang berarti pancaran sinar. Intropeksi dapat berarti kemauan untuk melakukan perhitungan dengan sadar terhadap akibat yang terjadi menyangkut pribadi.
Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan. Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
b) Sabar.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
c) Tidak Buruk Sangka.
Allah Swt mengingatkan bahwa Dia itu rahmat-Nya mengalahkan amarahNya. Jangan melihat bencana yang datang beruntun sebagai bukti amarah Tuhan. Manusia tidak boleh mempersalahkan Tuhan karena Dia tidak pernah salah. Jangan juga melemparkan kesalahan kepada orang-orangtertentu tanpa bukti yang jelas. Sebab, boleh jadi justru yang menuduh itu penyebabnya.
Bacaan Teks Al-Qur'an Surat Al-Baqarah:155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
Memahami Isi Kandungan QS. al-Baqarah; 155.
Allah Swt akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan uji.
Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang tidak disenangi, antara lain (mushibah), (bala’), (‘adzab), (‘iqab) dan (fitnah).
1) Musibah.
Pada mulanya berarti mengenai atau menimpa. Memang bisa saja yang mengenai itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Tetapi bila alQur’an menggunakan kata mushîbah, maka ia berarti sesuatu yang tidakmenyenangkan yang menimpa manusia. Al-Qur`an mengisyaratkan, “tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri”.
Ada beberapa hal yang dapat ditarik dari uraian al-Qur’an tentang mushibah.
a) Musibah terjadi karena ulah manusia (QS. al-Syura : 30, QS. al Nisa’: 79).
b) Mushibah tidak terjadi kecuali atas izin Allah Swt (QS. at-Taghabun : 11, QS. al-Baqarah : 157).
c) Musibah antara lain bertujuan menempa manusia (QS. al-Hadid : 22).
2) Bala’.
Sesuatu yang datang langsung dari Tuhan tanpa keterlibatan manusia, kecuali menerimanya. Dengan menurunkan bala’, Allah Swt. menguji untuk menampakkan kualitas seseorang.
a) Bala’/ujian adalah keniscayaan hidup. Apa saja yang dilakukan Allah, tanpa keterlibatan yang diuji dalam menentukan cara dan bentuk ujian itu. Artinya Yang menentukan cara, waktu dan bentuk ujian adalah Allah Swt., (QS. al-Mulk : 2, QS. al Baqarah): 124).
b) Ujian/ bala’ merupakan Anugerah/nikmat Allah Kalau ayat di atas menguraikan aneka bala (ujian) yang tidak menyenangkan, maka ada juga ujian-Nya yang menyenangkan. (QS. al Anbiya’ : 35, QS. al-Naml : 40, QS. al-Fajr : 15-17)
c) Anugerah/nikmat yang berupa ujian itu, tidak dapat dijadikan bukti kasih Ilahi sebagaimana penderitaan tidak selalu berarti murka-Nya.(QS. al-Fajr : 15-17)
d) Bala’/ujian yang menimpa seseorang dapat merupakan cara Tuhan mengampuni dosa, menyucikan jiwa dan meninggikan derajatnya. (QS. Ali ‘Imran : 154).
3) Fitnah.
Kata fitnah terambil dari akar kata yang berarti membakar. Pandai emas membakar emas untuk mengetahui kualitasnya. Kata fitnah dapat berarti ujian atau siksaan, berarti bencana itu datang dari perbuatan seseorang ataukelompok, tetapi dampaknya mengenai orang yang tidak bersalah.
Terhadap orang yang tidak bersalah dan terkena bencana itu, Tuhan menjadikan dia alat untuk mengingatkan orang lain. Ketika Allah Swt. menjadikan seseorang sebagai alat atau sarana, tidak mungkin orang itu disiasiakan.
Al-Qur`an pada umumnya menggunakannya dalam arti siksa atau ujian/ cobaan. QS. al-Anbiya’ : 35.
Adapun sikap terbaik dalam menerima ujian Allah Swt adalah:
a) Introspeksi.
Intropeksi terambil dari kata intro yang berarti kedalam dan spectrum yang berarti pancaran sinar. Intropeksi dapat berarti kemauan untuk melakukan perhitungan dengan sadar terhadap akibat yang terjadi menyangkut pribadi.
Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan. Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
b) Sabar.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
c) Tidak Buruk Sangka.
Allah Swt mengingatkan bahwa Dia itu rahmat-Nya mengalahkan amarahNya. Jangan melihat bencana yang datang beruntun sebagai bukti amarah Tuhan. Manusia tidak boleh mempersalahkan Tuhan karena Dia tidak pernah salah. Jangan juga melemparkan kesalahan kepada orang-orangtertentu tanpa bukti yang jelas. Sebab, boleh jadi justru yang menuduh itu penyebabnya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 155 tentang sabar menghadapi jjian dan cobaan. Sumber buku Tafsir-Ilmu Tafsir Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.