a. Perbuatan Allah Menurut Aliran Asy'ariyah.
Aliran Asy'ariyah berpendapat bahwa tuhan dapat berbuat sehendakNya terhadap makhluk. Hal ini berarti, Asy'ariyah menolak paham Mu’tazilah yang mengatakan bahwa tuhan memiliki kewajiban untuk berbuat baik dan terbaik bagi manusia.
Asy'ariyah menolak paham tersebut dikarenakan dinilai bertentangan dengan paham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, sepeti dikatakan oleh al-Ghazali bahwa perbuatanperbuatan tuhan tersebut bersifat jaiz (boleh) dan tidak satupun darinya yang bersifat wajib. Karenanya, tuhan tidak memiliki kewajiban apa apa terhadap makhluk.
Aliran Asy'ariyah menerima paham pemberian beban di luar kemampuan manusia karena perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan tuhan dan diwujudkan dengan daya tuhan bukan dengan daya manusia. Al-Asy’ari juga menolak pengiriman rasul sebagai kewajiban tuhan, karena hal itu bertentangan dengan keyakinan mereka bahwa tuhan tidak memiliki kewajiban apa apa terhadap makhluk.
Begitupun terkait kewajiban tuhan untuk menepati janji dan menjalankan ancamannya yang ada dalam nash al-Qur’an dan Hadits, karena menurut mereka, tuhan memiliki kehendak sendiri untuk melakukan perbuatan apa yang tuhan kehendaki.
b. Perbuatan Allah Menurut Aliran Maturidiyah.
Dalam aliran Maturidiyah terdapat perbedaan pendapat antara Maturidiyah samarkand dan Maturidiyah bukhara. Aliran maturidyah samarkand memberikan batasan pada kekuasaan dan kehendak tuhan dengan berpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya menyangkut perihal yang baik-baik saja. Dengan demikian, tuhan memiliki kewajiban untuk melakukan hal yang baik-baik bagi manusia, Maturidiyah samarkand juga memandang pengiriman Rasul kepada manusia sebagai kewajiban tuhan.
Sementara itu, aliran Maturidiyah bukhara memiliki paham yang sama dengan Asy'ariyah, dimana tuhan tidak memiliki kewajiban terhadap manusia. Menurut aliran ini, pengiriman Rasul hanya bersifat mungkin, namun bukan merupakan kewajiban tuhan. Akan tetapi, aliran ini berpendapat bahwa tuhan pasti menepati janji-janjinya, seperti memberikan balasan surga bagi yang berbuat baik dan siksa neraka kepada nereka yang berbuat jahat sesuai dengan nash al-Qur’an dan Hadits.
Adapun mengenai pemberian beban kepada manusia di luar batas kemampuannya, Maturidiyah menerima paham Asy'ariyah. Al-Bazdawi mengatakan bahwa tuhan tidaklah mustahil meletakkan kewajiban-kewajiban yang tak dapat dipikulnya atas diri manusia.
Sementara aliran Maturidiyah samarkand menolak apa yang disampaikan oleh aliran Asy'ariyah dikarenakan al-Qur’an mengatakan bahwa tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban yang di luar batas kemampuannya. Pemberian beban yang di luar kemampuan ini memeang sesuai dengan paham aliran samarkand yang menyatakan bahwa manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dan bukan tuhan.
Aliran Asy'ariyah berpendapat bahwa tuhan dapat berbuat sehendakNya terhadap makhluk. Hal ini berarti, Asy'ariyah menolak paham Mu’tazilah yang mengatakan bahwa tuhan memiliki kewajiban untuk berbuat baik dan terbaik bagi manusia.
Asy'ariyah menolak paham tersebut dikarenakan dinilai bertentangan dengan paham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, sepeti dikatakan oleh al-Ghazali bahwa perbuatanperbuatan tuhan tersebut bersifat jaiz (boleh) dan tidak satupun darinya yang bersifat wajib. Karenanya, tuhan tidak memiliki kewajiban apa apa terhadap makhluk.
Aliran Asy'ariyah menerima paham pemberian beban di luar kemampuan manusia karena perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan tuhan dan diwujudkan dengan daya tuhan bukan dengan daya manusia. Al-Asy’ari juga menolak pengiriman rasul sebagai kewajiban tuhan, karena hal itu bertentangan dengan keyakinan mereka bahwa tuhan tidak memiliki kewajiban apa apa terhadap makhluk.
Begitupun terkait kewajiban tuhan untuk menepati janji dan menjalankan ancamannya yang ada dalam nash al-Qur’an dan Hadits, karena menurut mereka, tuhan memiliki kehendak sendiri untuk melakukan perbuatan apa yang tuhan kehendaki.
b. Perbuatan Allah Menurut Aliran Maturidiyah.
Dalam aliran Maturidiyah terdapat perbedaan pendapat antara Maturidiyah samarkand dan Maturidiyah bukhara. Aliran maturidyah samarkand memberikan batasan pada kekuasaan dan kehendak tuhan dengan berpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya menyangkut perihal yang baik-baik saja. Dengan demikian, tuhan memiliki kewajiban untuk melakukan hal yang baik-baik bagi manusia, Maturidiyah samarkand juga memandang pengiriman Rasul kepada manusia sebagai kewajiban tuhan.
Sementara itu, aliran Maturidiyah bukhara memiliki paham yang sama dengan Asy'ariyah, dimana tuhan tidak memiliki kewajiban terhadap manusia. Menurut aliran ini, pengiriman Rasul hanya bersifat mungkin, namun bukan merupakan kewajiban tuhan. Akan tetapi, aliran ini berpendapat bahwa tuhan pasti menepati janji-janjinya, seperti memberikan balasan surga bagi yang berbuat baik dan siksa neraka kepada nereka yang berbuat jahat sesuai dengan nash al-Qur’an dan Hadits.
Adapun mengenai pemberian beban kepada manusia di luar batas kemampuannya, Maturidiyah menerima paham Asy'ariyah. Al-Bazdawi mengatakan bahwa tuhan tidaklah mustahil meletakkan kewajiban-kewajiban yang tak dapat dipikulnya atas diri manusia.
Sementara aliran Maturidiyah samarkand menolak apa yang disampaikan oleh aliran Asy'ariyah dikarenakan al-Qur’an mengatakan bahwa tuhan tidak membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban yang di luar batas kemampuannya. Pemberian beban yang di luar kemampuan ini memeang sesuai dengan paham aliran samarkand yang menyatakan bahwa manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dan bukan tuhan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang perbuatan tuhan menurut aliran Asy'ariyah dan aliran Maturidiyah. Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.