Maqamat, merupakan tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. maqom berupa sifat/ prilaku yang sudah melekat dalam diri seseorang, misalnya prilaku taubat, tawakkal, wara’, syukur, zuhud dan sebagainya.
Sedangkan al-aḥwal, bentuk jamak dari ḥal, adalah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah Swt. Hal datang begitu saja sebagai pemberian Allah Swt tanpa ditarik, tanpa disengaja dan tanpa diupayakan.
Misalnya kondisi senang, sedih, takut, berani, cukup kurang dan sebagainya sebagai akibat seseorang mengamalkan suatu amalan dalam tashawuf. Contoh seseorang yang sedang dzikir tahlil, taḥmid, istighfar tiba-tiba muncul dalam dirinya perasaan takut, khawatir dan ingin menangis.
Karena itu tidak heran jika kita sering menyaksikan orang tiba-tiba menangis saat berdzikir. Prasaan tersebut namanya ḥal. Maqām merupakan usaha, sedangkan ḥal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan ḥāl karena berubah-ubah dan dinamakan maqām karena telah tetap.
Setiap hal tersebut menuntut sikap dari seseorang sesuai kondisi. Jika kondisi senang maka syukur, kondisi takut karena merasa banyak dosa maka menuntut taubat dan melakukan taat dan bersikap wara’. Jika dala kondis sakit, sedih maka bersabar. Apabila sikap taubat, taat, sabar, syukur , wara’ dan sebagainya tadi sudah menetap dan selalu muncul ketika kondisi menuntut, maka sikap-sikap tersebut disebut maqom.
Orang yang ingin dekat dengan Allah Swt bahkan ma’rifat kepada Allah Swt maka harus melalui dan memiliki maqom-maqom yang benar-benar melekat dalam diri seseorang. Maqom ini dicapai melalui latihan jiwa (Riyaḍātun an-Nafs) dan upaya yang sungguh-sungguh (Mujahaḍātun an-Nafs), bahkan memerangi kesenangan jiwa. Untuk mencapainya biasanya ditempuh melalui jalan ilmu tasawuf.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kaitan antara maqomat dan al-ahwal dalam tasawuf. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Sedangkan al-aḥwal, bentuk jamak dari ḥal, adalah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah Swt. Hal datang begitu saja sebagai pemberian Allah Swt tanpa ditarik, tanpa disengaja dan tanpa diupayakan.
Misalnya kondisi senang, sedih, takut, berani, cukup kurang dan sebagainya sebagai akibat seseorang mengamalkan suatu amalan dalam tashawuf. Contoh seseorang yang sedang dzikir tahlil, taḥmid, istighfar tiba-tiba muncul dalam dirinya perasaan takut, khawatir dan ingin menangis.
Karena itu tidak heran jika kita sering menyaksikan orang tiba-tiba menangis saat berdzikir. Prasaan tersebut namanya ḥal. Maqām merupakan usaha, sedangkan ḥal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan ḥāl karena berubah-ubah dan dinamakan maqām karena telah tetap.
Setiap hal tersebut menuntut sikap dari seseorang sesuai kondisi. Jika kondisi senang maka syukur, kondisi takut karena merasa banyak dosa maka menuntut taubat dan melakukan taat dan bersikap wara’. Jika dala kondis sakit, sedih maka bersabar. Apabila sikap taubat, taat, sabar, syukur , wara’ dan sebagainya tadi sudah menetap dan selalu muncul ketika kondisi menuntut, maka sikap-sikap tersebut disebut maqom.
Orang yang ingin dekat dengan Allah Swt bahkan ma’rifat kepada Allah Swt maka harus melalui dan memiliki maqom-maqom yang benar-benar melekat dalam diri seseorang. Maqom ini dicapai melalui latihan jiwa (Riyaḍātun an-Nafs) dan upaya yang sungguh-sungguh (Mujahaḍātun an-Nafs), bahkan memerangi kesenangan jiwa. Untuk mencapainya biasanya ditempuh melalui jalan ilmu tasawuf.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kaitan antara maqomat dan al-ahwal dalam tasawuf. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.