Nama yang sebenarnya dari Abu Lahab adalah Abdul-Uzza bin Abdul Muthalib. Tetapi dalam masyarakat Quraisy dia dikenal dengan panggilan Abu Lahab, karena tampang mukanya yang berseri-seri, walaupun dia bermata juling. Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad Saw. saudara kandung ayahanda beliau Abdullah bin Abdul Muthalib.
Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil adalah sepasang suami istri yang paling benci kepada Rasulullah Saw., dan selalu menentang kegiatan da'wahnya.
Rubai’ah bin Ubbad Addailu mengatkan,
“Saya masih seorang pemuda ketika pada suatu hari bersama ayah melihat Rasulullah Saw. mendatangi berbagai kabilah Arab diikuti oleh seorang yang bermata juling, tetapi berwajah cerah berseri. Setiap Rasulullah Saw. berada dalam lingkungan satu kabilah, beliau berseru:
"Hai Bani Fulan! Sesunguhnya saya ini utusan Allah kepada saudara-saudara sekalian. Saya serukan supaya saudara-saudara menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas yang dibebankan Alalh atas diri saya". “Setiap belaiu selesai berbicara, orang yang dibelakang beliau berkata:
“Hai Bani Fulan! Orang ini menghendaki supaya kamu sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala Latta dan Uzza dan jin-jin Bani Malik bin Aqmas yang menjadi sekutu kamu, berganti dengan penyembahan bid’ah dan kesesatan’ oleh karena itu janganlah kamu turuti omongannya!”
Saya (Rubai’ah) bertanya kepada ayah,”Siapa orang itu?”
“Paman beliau sendiri, Abu Lahab, “jawab ayah. Itulah salah satu cara Abu Lahab menganggu Rasulullah Saw. dalam kegiatan dakwahnya. Sedangkan istrinya bernama Arwa binti Harb atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil adalah pembantu dan pendorongnya dalam perbuatan terkutuk ini.
Sikap dan tindakan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw. seperti itu sudah dilakukan sejak awal mula beliau berdakwah. Menurut Ibnu Abbas, pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi ke Batha, lalu beliau naik ke atas gunung dan berseru,”Shubuh!” Seketika itu orang-orang Quraisy berkumpul di sekeliling beliau lalu bertanya , “Bagaiman kalau saya katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini, apakah saudara-saudara mau percaya?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Sabda beliau: “Saya peringatkan saudara-saudara bahwa muka saya tersedia siksaan yang berat.” (Maksud Rasulullah adalah ancaman siksa neraka kalau mereka tidak beriman).
Abu Lahab langsung bertanya dengan nada membantah, “Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Menurut riwayat lain, ketika itu Abu Lahab berdiri sambil mengacungkan tangannya dan berkata,
“Celakalah engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Ketika itu turunlah QS. al-Lahab :1-5 yang berbunyi:
Artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. al-Lahab:1-5)
Ummu Jamil memang hampir tidak pernah berbicara dalam usahanya mencelakakan Nabi Saw. Dia suka membawa dahan-dahan kayu berduri untuk ditebar di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw., ada juga yang menafsirkan bahwa kalimat suka membawa kayu bakar itu bahasa kiasan yang dimaksudnya ialah penyebar fitnah dan adu domba’
Seluruh anggota keluarga Bani Hasyim di bawah pimpinan Abu Thalib bersepakat untuk menjaga keselamatan Rasulullah Saw., walaupun mereka tidak beriman dan hanya fanatisme kekeluargaan, Abu Lahab sebaliknya, dia malah bersekutu dengan orang-orang Quraisy lainnya menentang Bani Hasyim.
Bahkan Abu Lahab ikut menandatangani perjanjian tertulis bersama orang-orang Quraisy untuk mengucilkan Bani Hasyim dan memboikot mereka dengan bahan makanan. Tujuannya ialah supaya mereka bersedia menyerahkan Muhammad kepada orang-orang Quraisy untuk “diadili”.
Baca Juga :
Sebenarnya, sebelum Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, Abu Lahab pernah menikahkan kedua anak laki-lakinya dengan putri Nabi Saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Tetapi setelah beliau diangkat menjadi rasul, Abu Lahab memerintahkan kepada kedua anaknya supaya memutuskan hubungan dengan Ruqayah dan Ummu Kalsum, sehinga Muhammad Saw. sebagai orang tua merasa terpukul karenanya.
Menurut Ibnu Ishak, ketika istri Abu Lahab mendengar surat al-Lahab tentang dirinya serta suaminya, kemudian dia datang dengan segenggam batu kepada Rasulullah Saw. yang sedang duduk di samping Ka’bah ditemani oleh Abu Bakar Ra.
Ketika dia sudah dekat kepada Nabi Saw., Allah Swt. membutakan matanya sehingga tidak bisa melihat Nabi Saw. dan hanya melihat Abu Bakar Ra. saja. Dengan kesal dia bertanya, “Abu Bakar! Mana temanmu itu? Saya dengan dia mengejek saya. Demi Allah, kalau saja aku ketemu dia, akan kupukul dia dengan batu ini! Demi Allah, aku juga seorang penyair!” lalu dia bersyair:
Artinya: “Aku durhakan kepada pencela dan aku tidak mau agamanya”.Setelah Umu Jamil pergi, Abu Bakar Ra. bertanya kepada Nabi, “ Rasulullah apakah tuan melihat dia ketika tidak melihat Tuan?” Jawab Rasulullah Saw, “Dia tidak melihat saya tetapi Allah telah memalingkan matanya dari saya”.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Lahab dan istrinya terus menerus menentang keras dengan berbagai cara terhadap dakwa Rasulullah Saw. dan tanpa mengingat hubungan persaudaraan dan kekeluargaan sama sekali. Kebetulan juga rumah Abu Lahab itu berdekatan dengan rumah Rasulullah Saw., sehingga hal itu menyebabkan gangguan Abu Lahab makin terasa.
Akan tetapi akhirnya Abu Lahab harus menerima hukuman Allah Swt. di dunia sebagaimana tersebut dalam Sura Al-Lahab, tanpa dapat dibela dengan harta dan anak-anaknya. Sedangkan di akhirat dia dan istrinya ditunggu oleh siksa neraka jahanam. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil adalah sepasang suami istri yang paling benci kepada Rasulullah Saw., dan selalu menentang kegiatan da'wahnya.
Rubai’ah bin Ubbad Addailu mengatkan,
“Saya masih seorang pemuda ketika pada suatu hari bersama ayah melihat Rasulullah Saw. mendatangi berbagai kabilah Arab diikuti oleh seorang yang bermata juling, tetapi berwajah cerah berseri. Setiap Rasulullah Saw. berada dalam lingkungan satu kabilah, beliau berseru:
"Hai Bani Fulan! Sesunguhnya saya ini utusan Allah kepada saudara-saudara sekalian. Saya serukan supaya saudara-saudara menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas yang dibebankan Alalh atas diri saya". “Setiap belaiu selesai berbicara, orang yang dibelakang beliau berkata:
“Hai Bani Fulan! Orang ini menghendaki supaya kamu sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala Latta dan Uzza dan jin-jin Bani Malik bin Aqmas yang menjadi sekutu kamu, berganti dengan penyembahan bid’ah dan kesesatan’ oleh karena itu janganlah kamu turuti omongannya!”
Saya (Rubai’ah) bertanya kepada ayah,”Siapa orang itu?”
“Paman beliau sendiri, Abu Lahab, “jawab ayah. Itulah salah satu cara Abu Lahab menganggu Rasulullah Saw. dalam kegiatan dakwahnya. Sedangkan istrinya bernama Arwa binti Harb atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil adalah pembantu dan pendorongnya dalam perbuatan terkutuk ini.
Sikap dan tindakan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw. seperti itu sudah dilakukan sejak awal mula beliau berdakwah. Menurut Ibnu Abbas, pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi ke Batha, lalu beliau naik ke atas gunung dan berseru,”Shubuh!” Seketika itu orang-orang Quraisy berkumpul di sekeliling beliau lalu bertanya , “Bagaiman kalau saya katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini, apakah saudara-saudara mau percaya?”
Mereka menjawab, “Ya!”
Sabda beliau: “Saya peringatkan saudara-saudara bahwa muka saya tersedia siksaan yang berat.” (Maksud Rasulullah adalah ancaman siksa neraka kalau mereka tidak beriman).
Abu Lahab langsung bertanya dengan nada membantah, “Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Menurut riwayat lain, ketika itu Abu Lahab berdiri sambil mengacungkan tangannya dan berkata,
“Celakalah engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!”
Ketika itu turunlah QS. al-Lahab :1-5 yang berbunyi:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ . مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ . سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ . وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ . فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. al-Lahab:1-5)
Ummu Jamil memang hampir tidak pernah berbicara dalam usahanya mencelakakan Nabi Saw. Dia suka membawa dahan-dahan kayu berduri untuk ditebar di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw., ada juga yang menafsirkan bahwa kalimat suka membawa kayu bakar itu bahasa kiasan yang dimaksudnya ialah penyebar fitnah dan adu domba’
Seluruh anggota keluarga Bani Hasyim di bawah pimpinan Abu Thalib bersepakat untuk menjaga keselamatan Rasulullah Saw., walaupun mereka tidak beriman dan hanya fanatisme kekeluargaan, Abu Lahab sebaliknya, dia malah bersekutu dengan orang-orang Quraisy lainnya menentang Bani Hasyim.
Bahkan Abu Lahab ikut menandatangani perjanjian tertulis bersama orang-orang Quraisy untuk mengucilkan Bani Hasyim dan memboikot mereka dengan bahan makanan. Tujuannya ialah supaya mereka bersedia menyerahkan Muhammad kepada orang-orang Quraisy untuk “diadili”.
Baca Juga :
- Hikmah Kisah Perilaku Tercela dari Abu Lahab dan Istrinya
- Perilaku Tercela Abu Lahab dan Istrinya Serta Menghindari Perilaku Tercela Abu Lahab
Sebenarnya, sebelum Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, Abu Lahab pernah menikahkan kedua anak laki-lakinya dengan putri Nabi Saw. yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Tetapi setelah beliau diangkat menjadi rasul, Abu Lahab memerintahkan kepada kedua anaknya supaya memutuskan hubungan dengan Ruqayah dan Ummu Kalsum, sehinga Muhammad Saw. sebagai orang tua merasa terpukul karenanya.
Menurut Ibnu Ishak, ketika istri Abu Lahab mendengar surat al-Lahab tentang dirinya serta suaminya, kemudian dia datang dengan segenggam batu kepada Rasulullah Saw. yang sedang duduk di samping Ka’bah ditemani oleh Abu Bakar Ra.
Ketika dia sudah dekat kepada Nabi Saw., Allah Swt. membutakan matanya sehingga tidak bisa melihat Nabi Saw. dan hanya melihat Abu Bakar Ra. saja. Dengan kesal dia bertanya, “Abu Bakar! Mana temanmu itu? Saya dengan dia mengejek saya. Demi Allah, kalau saja aku ketemu dia, akan kupukul dia dengan batu ini! Demi Allah, aku juga seorang penyair!” lalu dia bersyair:
Artinya: “Aku durhakan kepada pencela dan aku tidak mau agamanya”.Setelah Umu Jamil pergi, Abu Bakar Ra. bertanya kepada Nabi, “ Rasulullah apakah tuan melihat dia ketika tidak melihat Tuan?” Jawab Rasulullah Saw, “Dia tidak melihat saya tetapi Allah telah memalingkan matanya dari saya”.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Lahab dan istrinya terus menerus menentang keras dengan berbagai cara terhadap dakwa Rasulullah Saw. dan tanpa mengingat hubungan persaudaraan dan kekeluargaan sama sekali. Kebetulan juga rumah Abu Lahab itu berdekatan dengan rumah Rasulullah Saw., sehingga hal itu menyebabkan gangguan Abu Lahab makin terasa.
Akan tetapi akhirnya Abu Lahab harus menerima hukuman Allah Swt. di dunia sebagaimana tersebut dalam Sura Al-Lahab, tanpa dapat dibela dengan harta dan anak-anaknya. Sedangkan di akhirat dia dan istrinya ditunggu oleh siksa neraka jahanam. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.