Nabi Ayyub dipilih oleh Allah Swt sebagai Nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hambaNya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbol kesabaran. Orang menyatakan , si Fulan memiliki kesabaran Ayyub dan sebagainya.
Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya dan kekuatan fisiknya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya.
Iblis selalu berusaha merayu dan menggoda manusia agar keluar dari jalan yang dirahmati Allah Swt. Termasuk juga menggoda Nabi-nabi Allah Swt tanpa terkecuali. Salah satunya adalah mengoda Nabi Ayyub disaat kehilangan harta benda serta meninggalnya putra Nabi Ayyub. Akan tetapi iblis dan pembantu-pembantunya tidak pernah berhasil.
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayyub. Benih-benuh yang ditaburkan itu segera mengganggu kesehatan Nabi Ayyub yang menjadikannya menderita berbagai-bagai penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik.
Nabi Ayyub akhirnya dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, karena penyakit Nabi Ayyub dapat menular dengan cepat kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya.
Nabi Ayyub menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati atas penyakit yang menimpa suaminya yang tidak kunjung sembuh-sembuh.
Iblis memperhatikan Nabi Ayyub dalam keadaan yang amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, dan tidak mengeluh. Nabi Ayyub hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya apabila Nabi Ayyub merasakan sakit.
Iblis merasa kesal dan jengkel melihat ketabahan hati Nabi Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Nabi Ayyub.
Iblis lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawannya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Nabi Ayyub setelah segala usahanya gagal.
Kawan-kawan Iblis bertanya kepadanya: "Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincahanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?"
Salah satu pembantu lain berkata: "Engkau telah berhasil mengeluarkan Nabi Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Nabi Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia."
"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan maksudku selama ini."
Dengan rencana barunya pergilah Iblis bertamu mendatangi isteri Nabi Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan laki-laki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Nabi Ayyub: "Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini?"
Berkata isteri Nabi Ayyub kepada Iblis itu, tamunya: "Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."
Kata-kata isteri Nabi Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa ia kali ini akan berhasil, maka diingatkanlah isteri Nabi Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur.
Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Nabi Ayyub meninggalkan isteri Nabi Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian putranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah yang sangat membosankan itu.
Isteri Nabi Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tidak ada sahabat, kerabat, dan handai taulan, semua menjauhi mereka karena khawatir kejangkitan penyakit kulit Nabi Ayyub yang menular dan menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Nabi Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata: "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini?
Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini."
Berkata Nabi Ayyub menjawab keluhan isterinya: "Wahai isteriku yang ku sayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami saat ini.
Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?" "Lapan puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kami telah hidup dalam penderitaan ini?" tanya lagi Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri.
"Aku malu", Nabi Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan kami dari sengsara dan penderitaan yang telah kami alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah.
Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya."
Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tidak ada sanak saudara, anak dan tiada isteri. Nabi Ayyub bermunajat kepada Allah Swt dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya.
Nabi Ayyub berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah Swt menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis.
Allah Swt mewahyukan firman kepadanya: "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu."
Dengan izin Allah Swt setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran tetangga, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, karena bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sehat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita.
Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya di dalam segala duka dan deritanya.
Nabi Ayyub bingung, hatinya terombang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berkewajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu.
Akhirnya Allah Swt memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Demkianlah sahabat bacaan madani kisah ketabahan nabi Ayyub menghadapi ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt. Mudah-mudahan kita juga selalu tabah dan sabar atas setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt. Aamiin.
Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya dan kekuatan fisiknya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya.
Iblis selalu berusaha merayu dan menggoda manusia agar keluar dari jalan yang dirahmati Allah Swt. Termasuk juga menggoda Nabi-nabi Allah Swt tanpa terkecuali. Salah satunya adalah mengoda Nabi Ayyub disaat kehilangan harta benda serta meninggalnya putra Nabi Ayyub. Akan tetapi iblis dan pembantu-pembantunya tidak pernah berhasil.
Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayyub. Benih-benuh yang ditaburkan itu segera mengganggu kesehatan Nabi Ayyub yang menjadikannya menderita berbagai-bagai penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik.
Nabi Ayyub akhirnya dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, karena penyakit Nabi Ayyub dapat menular dengan cepat kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya.
Nabi Ayyub menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati atas penyakit yang menimpa suaminya yang tidak kunjung sembuh-sembuh.
Iblis memperhatikan Nabi Ayyub dalam keadaan yang amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, dan tidak mengeluh. Nabi Ayyub hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya apabila Nabi Ayyub merasakan sakit.
Iblis merasa kesal dan jengkel melihat ketabahan hati Nabi Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Nabi Ayyub.
Iblis lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawannya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Nabi Ayyub setelah segala usahanya gagal.
Kawan-kawan Iblis bertanya kepadanya: "Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincahanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?"
Salah satu pembantu lain berkata: "Engkau telah berhasil mengeluarkan Nabi Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Nabi Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia."
"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan maksudku selama ini."
Dengan rencana barunya pergilah Iblis bertamu mendatangi isteri Nabi Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan laki-laki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Nabi Ayyub: "Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini?"
Berkata isteri Nabi Ayyub kepada Iblis itu, tamunya: "Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."
Kata-kata isteri Nabi Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa ia kali ini akan berhasil, maka diingatkanlah isteri Nabi Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur.
Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Nabi Ayyub meninggalkan isteri Nabi Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian putranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah yang sangat membosankan itu.
Isteri Nabi Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tidak ada sahabat, kerabat, dan handai taulan, semua menjauhi mereka karena khawatir kejangkitan penyakit kulit Nabi Ayyub yang menular dan menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Nabi Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata: "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini?
Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini."
Berkata Nabi Ayyub menjawab keluhan isterinya: "Wahai isteriku yang ku sayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami saat ini.
Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?" "Lapan puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kami telah hidup dalam penderitaan ini?" tanya lagi Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri.
"Aku malu", Nabi Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan kami dari sengsara dan penderitaan yang telah kami alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah.
Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya."
Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tidak ada sanak saudara, anak dan tiada isteri. Nabi Ayyub bermunajat kepada Allah Swt dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya.
Nabi Ayyub berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah Swt menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis.
Allah Swt mewahyukan firman kepadanya: "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu."
Dengan izin Allah Swt setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran tetangga, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, karena bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sehat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita.
Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya di dalam segala duka dan deritanya.
Nabi Ayyub bingung, hatinya terombang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berkewajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu.
Akhirnya Allah Swt memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu."
Demkianlah sahabat bacaan madani kisah ketabahan nabi Ayyub menghadapi ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt. Mudah-mudahan kita juga selalu tabah dan sabar atas setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt. Aamiin.
inspiring
BalasHapuskisah ayyub tertulis di al quran surat apa & ayat berapa ?
BalasHapus