Abdul Qadir Jaelani atau Abd al-Qadir al-Gilani, Abdul Qadir Al-Jaelani yang memiliki nama lengkap Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Al-Hasani Al-Husaini adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Ia lahir pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077 M selatan Laut Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi Mazandaran di Iran. Ia wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah Babul Azaj wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M
.
Beliau adalah orang Kurdi atau orang Persia. Syekh Abdul Qadir dianggap wali dan diadakan di penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua India. Di antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-e-Azam.
Sam'ani berkata, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Ia seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup dia." Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."
Sebuah kisah menggambarkan tentang dirinya. Ketika itu Syeikh Abdul Qadir Al Jailani hendak berangkat menuju Baghdad untuk menuntut ilmu. Waktu keberangkatan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani Ibunya memberinya perbekalan uang sejumlah empat puluh dinar. Dan ibu Beliau juga berpesan agar selama dalam perjalanan tidak berkata bohong atau dusta.
Beliau pun pamit dan berangkat menuju Baghdad untuk menuntut ilmu. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh perampok, tepatnya di daerah Hamadah. Mereka merampas harta dan perbekalan kafilah-kafilah yang kebetulan lewat disitu. Termasuk Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Salah seorang dari perampok yang beringas tersebut menghampiri Abdul Qadir dan menodongnya, sambil bertanya, "Apa yang kamu bawa?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tanpa berlama-lama langsung menjawab tanpa berbohong, sesuai amanah ibu Beliau, Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menjawab, "Uang sebanyak Empat puluh dinar."
Kelompok perampok tersebut menggeledah pakaian dan tas bawaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Begitu digeledah para perampok langsung marah. Karena tidak menemukan uang tersebut, akhirnya perampok itu menghardiknya, "Di mana kamu letakkan uannya?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani pun langsung menjawabnya dengan jujur, "Uangnya di kantong sebelah sini," tunjuknya.
Perampok tersebut pun mengikuti perintah Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Memang benar, perampok itu menemukan uang yang dibawa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ditempat yang Beliau katakan. Jumlahnya pun sesuai dengan disebutkan di awal, yang berjumlah empat puluh dinar.
Para perampok tersebut pun merasa heran korbannya tersebut, baru pertama kali ini mereka menemukan korban yang dengan senang hati dan jujur memberikan hartanya kepada perampok.
Akhirnya kelompok perampok tersebut melaporkan kejadian tersebut kepada pimpinan mereka. Setelah menerima informasi mengejutkan dari anak buahnya, pimpinan perampok itu bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, "Apa yang mendorongmu untuk berkata jujur kepada kami?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menjawab dengan jujur, "Sebelum berangkat, ibu saya berpesan agar tidak berbohong dalam kondisi apa pun. Saya hanya melaksanakan pesannya."
Pimpinan perampok tersebut terkejut mendengar penjelasan dari korbannya (Syeikh Abdul Qadir Al Jailani). Lalu, pimpinan perampok itu berkata, "Engkau takut melanggar pesan ibumu, sedangkan kami tidak takut melanggar perintah Allah. Betapa zalimnya kami!"
Akhirnya kelompok perampok beserta pimpinannya itu pun menyesali perbuatannya dan mereka pun bertaubat.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah kejujuran Syeikh Abdul Qadir Al Jailani mengalahkan peramapok, sekaligus menyadarkan kelompok perampok tersebut. Ini membuktikan salah satu contoh berbakti kepada orang tua, dan pada akhirnya di jauhkan dari mala petaka. Mudah-mudahan kita di jauhkan dari kelompok-kelompok orang jahat. Aamiin.
.
Beliau adalah orang Kurdi atau orang Persia. Syekh Abdul Qadir dianggap wali dan diadakan di penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua India. Di antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-e-Azam.
Sam'ani berkata, "Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Ia seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup dia." Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."
Sebuah kisah menggambarkan tentang dirinya. Ketika itu Syeikh Abdul Qadir Al Jailani hendak berangkat menuju Baghdad untuk menuntut ilmu. Waktu keberangkatan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani Ibunya memberinya perbekalan uang sejumlah empat puluh dinar. Dan ibu Beliau juga berpesan agar selama dalam perjalanan tidak berkata bohong atau dusta.
Beliau pun pamit dan berangkat menuju Baghdad untuk menuntut ilmu. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh perampok, tepatnya di daerah Hamadah. Mereka merampas harta dan perbekalan kafilah-kafilah yang kebetulan lewat disitu. Termasuk Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Salah seorang dari perampok yang beringas tersebut menghampiri Abdul Qadir dan menodongnya, sambil bertanya, "Apa yang kamu bawa?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tanpa berlama-lama langsung menjawab tanpa berbohong, sesuai amanah ibu Beliau, Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menjawab, "Uang sebanyak Empat puluh dinar."
Kelompok perampok tersebut menggeledah pakaian dan tas bawaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Begitu digeledah para perampok langsung marah. Karena tidak menemukan uang tersebut, akhirnya perampok itu menghardiknya, "Di mana kamu letakkan uannya?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani pun langsung menjawabnya dengan jujur, "Uangnya di kantong sebelah sini," tunjuknya.
Perampok tersebut pun mengikuti perintah Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Memang benar, perampok itu menemukan uang yang dibawa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ditempat yang Beliau katakan. Jumlahnya pun sesuai dengan disebutkan di awal, yang berjumlah empat puluh dinar.
Para perampok tersebut pun merasa heran korbannya tersebut, baru pertama kali ini mereka menemukan korban yang dengan senang hati dan jujur memberikan hartanya kepada perampok.
Akhirnya kelompok perampok tersebut melaporkan kejadian tersebut kepada pimpinan mereka. Setelah menerima informasi mengejutkan dari anak buahnya, pimpinan perampok itu bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, "Apa yang mendorongmu untuk berkata jujur kepada kami?"
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menjawab dengan jujur, "Sebelum berangkat, ibu saya berpesan agar tidak berbohong dalam kondisi apa pun. Saya hanya melaksanakan pesannya."
Pimpinan perampok tersebut terkejut mendengar penjelasan dari korbannya (Syeikh Abdul Qadir Al Jailani). Lalu, pimpinan perampok itu berkata, "Engkau takut melanggar pesan ibumu, sedangkan kami tidak takut melanggar perintah Allah. Betapa zalimnya kami!"
Akhirnya kelompok perampok beserta pimpinannya itu pun menyesali perbuatannya dan mereka pun bertaubat.
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah kejujuran Syeikh Abdul Qadir Al Jailani mengalahkan peramapok, sekaligus menyadarkan kelompok perampok tersebut. Ini membuktikan salah satu contoh berbakti kepada orang tua, dan pada akhirnya di jauhkan dari mala petaka. Mudah-mudahan kita di jauhkan dari kelompok-kelompok orang jahat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.