Buta huruf adalah ketidakmampuan membaca dan menulis. Lawan katanya adalah melek aksara yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara.
Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Akan tetapi yang demikian tidak berlaku sepenuhnya bagi si pengembala yang buta huruf yang satu ini.
Alkisah seorang laki-laki yang sedang sibuk menggembalakan domba-dombanya di padang rumput dihampiri oleh seorang cendekiawan. Terjadilah perbincangan di antara keduanya. Kemudian cendekiawan itu mengetahui bahwa ternyata penggembala itu buta huruf atau tidak bisa baca-tulis.
"Mengapa engkau tidak belajar?" tanya cendekiawan.
"Aku telah mendapatkan sari semua ilmu. Jadi, aku tidak perlu belajar lagi," jawab penggembala mantap.
"Coba jelaskan pelajaran apa yang telah kamu peroleh?" pinta sang cendekiawan. .
"Sari semua ilmu pengetahuan ada lima.
Pertama, selagi masih ada peluang untuk bersikap jujur, aku tidak akan pernah berbohong.
Kedua, selama masih ada makanan halal, aku tidakakan pernah memakan makanan haram.
Ketiga, jika masih ada cela (kekurangan) dalam diriku, aku tidak akan pernah mencari-cari keburukan orang lain.
Keempat, selagi rezeki Allah masih ada di bumi, aku tidak akan memintanya kepada orang lain.
Kelima, sebelum menginjakkan kaki di surga, aku tidak akan pernah melupakan tipu daya setan," jelasnya panjang lebar.
Sang cendekiawan itu sangat kagum atas jawaban penggembala tadi seraya berkata, "Sahabat, semua ilmu telah terkumpul dalam dirimu. Siapa pun yang mengetahui kelima hal yang kau sebutkan tadi dan dapat melaksanakanya, pasti dapat mencapai tujuan ilmu-ilmu Islam serta tidak memerlukan buku-buku ilmu dan filsafat."
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah pengembala yang buta huruf yang memilki ilmu yang mulia sebagai sari ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan kita juga bisa mengamalkan lima sari ilmu dari semua ilmu pengetahuan tersebut. Aamiin.
Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Akan tetapi yang demikian tidak berlaku sepenuhnya bagi si pengembala yang buta huruf yang satu ini.
Alkisah seorang laki-laki yang sedang sibuk menggembalakan domba-dombanya di padang rumput dihampiri oleh seorang cendekiawan. Terjadilah perbincangan di antara keduanya. Kemudian cendekiawan itu mengetahui bahwa ternyata penggembala itu buta huruf atau tidak bisa baca-tulis.
"Mengapa engkau tidak belajar?" tanya cendekiawan.
"Aku telah mendapatkan sari semua ilmu. Jadi, aku tidak perlu belajar lagi," jawab penggembala mantap.
"Coba jelaskan pelajaran apa yang telah kamu peroleh?" pinta sang cendekiawan. .
"Sari semua ilmu pengetahuan ada lima.
Pertama, selagi masih ada peluang untuk bersikap jujur, aku tidak akan pernah berbohong.
Kedua, selama masih ada makanan halal, aku tidakakan pernah memakan makanan haram.
Ketiga, jika masih ada cela (kekurangan) dalam diriku, aku tidak akan pernah mencari-cari keburukan orang lain.
Keempat, selagi rezeki Allah masih ada di bumi, aku tidak akan memintanya kepada orang lain.
Kelima, sebelum menginjakkan kaki di surga, aku tidak akan pernah melupakan tipu daya setan," jelasnya panjang lebar.
Sang cendekiawan itu sangat kagum atas jawaban penggembala tadi seraya berkata, "Sahabat, semua ilmu telah terkumpul dalam dirimu. Siapa pun yang mengetahui kelima hal yang kau sebutkan tadi dan dapat melaksanakanya, pasti dapat mencapai tujuan ilmu-ilmu Islam serta tidak memerlukan buku-buku ilmu dan filsafat."
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah pengembala yang buta huruf yang memilki ilmu yang mulia sebagai sari ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan kita juga bisa mengamalkan lima sari ilmu dari semua ilmu pengetahuan tersebut. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.