Al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits dia memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Mughirah bin Bardzibah. la biasa dipanggil Abu Abdullah. Nama Bukhari berasal dari nama negaranya, yaitu Bukhara. la dilahirkan pada tahun 196 H/810 M di Bukhara, Khurasan.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”.
Ketika ia ditinggal wafat oleh ayahnya, ia diwarisi banyak harta untuk mencari ilmu. Pada waktu kecil Beliau adalah seorang tunanetra. Namun, sang ibu terus-menerus berdoa kepada Allah Swt agar penglihatan putranya dipulihkan.
Permintaan sang ibu dikabulkan. Suatu malam sang ibu bermimpi bertemu Nabi Ibrahim a.s. yang memberi kabar kepadanya bahwa Allah Swt akan mengembalikan penglihatan putranya karena ketulusan doanya.
Pagi harinya sebuah keajaiban benar-benar terjadi. Atas izin Allah Swt, penglihatan putranya menjadi normal sehingga ia bisa melihat dunia yang penuh warna.
Pada usia yang sangat muda Bukhari pergi haji bersama ibu dan kakaknya, Ahmad, kemudian menetap di Mekah untuk mencari ilmu.
Sebelum menginjak usia 16 tahun, Bukhari sudah menghafal Al-Qur'an dan banyak hadits dengan detail sehingga menjadi tempat bertanya para ulama jika ada perbedaan lafal hadis.
la mengeluarkan 500 dirham setiap bulan untuk mencari ilmu. Kota-kota yang ia kunjungi untuk mencari ilmu, antara lain Mekah, Medinah, Syam, Khurasan, Bashrah, Kufah, Bagdad, dan Mesir.
Dalam menuntut ilmu ia mewajibkan pada dirinya, "Saya menulis hadits dari seribu syekh lebih dan dari setiap syekh saya mendapat seribu hadits. Tidak ada bagiku hadits kecuali ada sanadnya. Saya tidak meriwayatkan hadits dari sahabat atau tabiin kecuali tahu tempat tinggal, kelahiran, dan wafatnya. Dan saya tidak meriwayatkan hadis dari sahabat atau tabiin kecuali mengetahui asal usul mereka. Saya hafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadits yang tidak shahih."
Hasyid r.a, seorang sahabat Imam Bukhari r.a. pernah berkata, "Bukhari biasa pergi bersama-sama kami untuk mempelajari hadits dari syekh yang sama. Kami telah mencatat semua hadits-hadits yang kami pelajari, tetapi ia tidak pernah mencatatnya. Beberapa hari kemudian aku pun berkata kepadanya, 'Bukhari, kamu hanya menyia-nyiakan waktumu!'
Semua temanku ikut menegurnya karena ia tidak pernah mencatat semua yang diajarkan syekh. Akhirnya ia berkata, 'Kalian selalu menggangguku, bawalah catatan kalian!'
"Lalu kami membawa catatan kami yang berisi kira-kira 15.000 hadits. Sungguh mencengangkan, ternyata ia hafal hadits-hadits itu dan memperdengarkannya kepada kami."
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah tentang kecerdasan Imam Bukhari menghafal ribuan hadits. Tentu ini semua berkah dari kerja keras dan perjuangan Imam Bukhari. Mudah-mudahan generasi Islam bisa mencontoh kegigihan Imam Bukhari. Aamiin.
Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Mughirah bin Bardzibah. la biasa dipanggil Abu Abdullah. Nama Bukhari berasal dari nama negaranya, yaitu Bukhara. la dilahirkan pada tahun 196 H/810 M di Bukhara, Khurasan.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”.
Ketika ia ditinggal wafat oleh ayahnya, ia diwarisi banyak harta untuk mencari ilmu. Pada waktu kecil Beliau adalah seorang tunanetra. Namun, sang ibu terus-menerus berdoa kepada Allah Swt agar penglihatan putranya dipulihkan.
Permintaan sang ibu dikabulkan. Suatu malam sang ibu bermimpi bertemu Nabi Ibrahim a.s. yang memberi kabar kepadanya bahwa Allah Swt akan mengembalikan penglihatan putranya karena ketulusan doanya.
Pagi harinya sebuah keajaiban benar-benar terjadi. Atas izin Allah Swt, penglihatan putranya menjadi normal sehingga ia bisa melihat dunia yang penuh warna.
Pada usia yang sangat muda Bukhari pergi haji bersama ibu dan kakaknya, Ahmad, kemudian menetap di Mekah untuk mencari ilmu.
Sebelum menginjak usia 16 tahun, Bukhari sudah menghafal Al-Qur'an dan banyak hadits dengan detail sehingga menjadi tempat bertanya para ulama jika ada perbedaan lafal hadis.
la mengeluarkan 500 dirham setiap bulan untuk mencari ilmu. Kota-kota yang ia kunjungi untuk mencari ilmu, antara lain Mekah, Medinah, Syam, Khurasan, Bashrah, Kufah, Bagdad, dan Mesir.
Dalam menuntut ilmu ia mewajibkan pada dirinya, "Saya menulis hadits dari seribu syekh lebih dan dari setiap syekh saya mendapat seribu hadits. Tidak ada bagiku hadits kecuali ada sanadnya. Saya tidak meriwayatkan hadits dari sahabat atau tabiin kecuali tahu tempat tinggal, kelahiran, dan wafatnya. Dan saya tidak meriwayatkan hadis dari sahabat atau tabiin kecuali mengetahui asal usul mereka. Saya hafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadits yang tidak shahih."
Hasyid r.a, seorang sahabat Imam Bukhari r.a. pernah berkata, "Bukhari biasa pergi bersama-sama kami untuk mempelajari hadits dari syekh yang sama. Kami telah mencatat semua hadits-hadits yang kami pelajari, tetapi ia tidak pernah mencatatnya. Beberapa hari kemudian aku pun berkata kepadanya, 'Bukhari, kamu hanya menyia-nyiakan waktumu!'
Semua temanku ikut menegurnya karena ia tidak pernah mencatat semua yang diajarkan syekh. Akhirnya ia berkata, 'Kalian selalu menggangguku, bawalah catatan kalian!'
"Lalu kami membawa catatan kami yang berisi kira-kira 15.000 hadits. Sungguh mencengangkan, ternyata ia hafal hadits-hadits itu dan memperdengarkannya kepada kami."
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah tentang kecerdasan Imam Bukhari menghafal ribuan hadits. Tentu ini semua berkah dari kerja keras dan perjuangan Imam Bukhari. Mudah-mudahan generasi Islam bisa mencontoh kegigihan Imam Bukhari. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.