Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian maaf itu ialah apabila anda mempunyai hak untuk membalas, lalu anda gugurkan hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda.
Melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada diri kita, yaitu memaafkan.Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati kita.
Firman Allah Swt.
“...Dan hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)
Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman.
“Nabi Musa telah bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandanganMu?”
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.”
Orang yang tidak bertindak membalas dendam atau sakit hati terhadap orang yang memusuhinya, walaupun telah ditawannya, melainkan memaafkannya karena Allah semata-mata. Orang yang seperti inilah yang dikenali berhati emas, terpuji kedudukannya di sisi Allah. Memaafkan lawan di mana kita berada dalam kemenangan, kita berkuasa, tetapi tidak dapat bertindak sekehendak hati. Inilah sifat mulia dan terpuji.
Suatu ketika, Rasulullah Saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Tiba-tiba Rasulullah Saw. tertawa ringan sampai nampak gigi depan Rasulullah Saw. Umar ra. yang berada di di situ, berkata,
"Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"
Rasulullah Saw menjawab, "Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah Swt. Salah satu diantaranya mengadu kepada Allah Swt sambil berkata, "Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah Swt berkata, "Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?"
Orang itu berkata, "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya."
Rasulullah terdiam sejenak, mata Rasulullah Saw berkaca-kaca. Beliau Rasulullah Saw tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau Rasulullah berkata, "Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya."
Rasulullah Saw melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah Swt berkata kepada orang yang mengadu tersebut, ‘Angkat kepalamu..!!' Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’
Allah Swt berkata, "Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata, "Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb?"
Allah Swt berkata, "Engkau mampu membayar harganya"
Orang itu heran, sambil berkata, "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"
Allah Swt berkata. "Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kamu adukan kezalimannya kepada-Ku."
Orang itu berkata, "Ya Rabb, kini aku memaafkannya"
Allah Swt berkata. "Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak dia masuk surga bersamamu."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah Saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah Swt dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’. (HR. Imam Hakim)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang memaafkan itu sangat besar manfaatnya. Bukan hanya di dunia. Di akhirat pun kelak kita akan tetap mendapatkan hikmah dari memaafkan tersebut. Mudah-mudahan kita menjadi orang yang pemaaf dan di jauhkan dari sifat dendam. Aamiin.
Melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada diri kita, yaitu memaafkan.Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati kita.
Firman Allah Swt.
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِي
“...Dan hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)
Dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman.
“Nabi Musa telah bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandanganMu?”
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.”
Orang yang tidak bertindak membalas dendam atau sakit hati terhadap orang yang memusuhinya, walaupun telah ditawannya, melainkan memaafkannya karena Allah semata-mata. Orang yang seperti inilah yang dikenali berhati emas, terpuji kedudukannya di sisi Allah. Memaafkan lawan di mana kita berada dalam kemenangan, kita berkuasa, tetapi tidak dapat bertindak sekehendak hati. Inilah sifat mulia dan terpuji.
Suatu ketika, Rasulullah Saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Tiba-tiba Rasulullah Saw. tertawa ringan sampai nampak gigi depan Rasulullah Saw. Umar ra. yang berada di di situ, berkata,
"Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"
Rasulullah Saw menjawab, "Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah Swt. Salah satu diantaranya mengadu kepada Allah Swt sambil berkata, "Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku."
Allah Swt berkata, "Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?"
Orang itu berkata, "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya."
Rasulullah terdiam sejenak, mata Rasulullah Saw berkaca-kaca. Beliau Rasulullah Saw tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau Rasulullah berkata, "Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya."
Rasulullah Saw melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah Swt berkata kepada orang yang mengadu tersebut, ‘Angkat kepalamu..!!' Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’
Allah Swt berkata, "Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata, "Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb?"
Allah Swt berkata, "Engkau mampu membayar harganya"
Orang itu heran, sambil berkata, "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"
Allah Swt berkata. "Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kamu adukan kezalimannya kepada-Ku."
Orang itu berkata, "Ya Rabb, kini aku memaafkannya"
Allah Swt berkata. "Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak dia masuk surga bersamamu."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah Saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah Swt dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’. (HR. Imam Hakim)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang memaafkan itu sangat besar manfaatnya. Bukan hanya di dunia. Di akhirat pun kelak kita akan tetap mendapatkan hikmah dari memaafkan tersebut. Mudah-mudahan kita menjadi orang yang pemaaf dan di jauhkan dari sifat dendam. Aamiin.
Hadist nya lemah (dhaif)
BalasHapus