Kehidupan diatas dunia ini di ibaratkan seperti orang yang berda dalam perjalanan menuju kesuatu tempat. Tentunya perjalanan ini akan selalu mengarah kedepan. Didalam perjalanan ini tentu akan ada yang dekat dengan diri kita dan ada juga yang jauh dengan diri kita. Bisa jadi yang terdekat denga kita adalah orang tua, isteri, suami, anak-anak kita, guru, teman dan lain sebagainya. Akan tetapi masih ada yang paling dekat dengan diri kita dibandingkan dengan orang-orang tersebut.
Begitu juga dengan yang terjauh dengan diri kita. Orang bisa saja beranggapan bahwa yang terjauh dari dirinya adalah langit, bintang, bulan dan lain sebagainya. Hal yang demikian memang benar. Akan tetapi masih yang lebih jauh dari diri kita.
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya.
Pertanyaan pertama : Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?.
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab sudah merupakan janji Allah Swt bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Firman Allah Swt dalam Al-Qur'an,
Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran 185)
Islam memberikan ajaran bahwa semua yang hidup pasti akan menemui ajal atau kematian. Kematian tidak akan bisa dicegah dan dielakkan. Umur seseorang ada yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Bahkan, panjang atau pendek umur seseorang berada pada wilayah takdir Allah. Tidak akan ada seorangpun yang mengetahui tentang kepastian umur itu.
Pertanyaan Imam AlGhazali yang kedua. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah "Masa Lalu."
Masa yang kita nikmati selalu berjalan maju dan tidak pernah mundur. Bagaimanapun keadaan kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari tiga masa yakni masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan suatu pelajaran dan kenangan, masa kini merupakan suatu kenyataan dan masa yang akan datang merupakan suatu harapan. Pelajaran di masa lalu menjadi pijakan dalam melakukan hal yang terbaik di masa kini, demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Dengan demikian sahabat bacaan madani kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai masa lalu kita menjadi kenangan yang penuh dengan penyesalan.
Agar kehidupan masa depan kita lebih baik maka manfaatkanlah 5 waktu sebelum datang 5 waktu. Jika di masa muda, sehat, kaya, waktu senggang sulit untuk beramal, maka jangan harap selain waktu tersebut bisa semangat. Ditambah lagi jika benar-benar telah datang kematian, bisa jadi yang ada hanyalah penyesalan dan tangisan.
Dari Ibnu ‘Abbas ra, Rasulullah Saw pernah menasehati seseorang,
"Manfaatkanlah lima waktu sebelum lima waktu
1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
5. Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim)
Begitu juga dengan yang terjauh dengan diri kita. Orang bisa saja beranggapan bahwa yang terjauh dari dirinya adalah langit, bintang, bulan dan lain sebagainya. Hal yang demikian memang benar. Akan tetapi masih yang lebih jauh dari diri kita.
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya.
Pertanyaan pertama : Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?.
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab sudah merupakan janji Allah Swt bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Firman Allah Swt dalam Al-Qur'an,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran 185)
Islam memberikan ajaran bahwa semua yang hidup pasti akan menemui ajal atau kematian. Kematian tidak akan bisa dicegah dan dielakkan. Umur seseorang ada yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Bahkan, panjang atau pendek umur seseorang berada pada wilayah takdir Allah. Tidak akan ada seorangpun yang mengetahui tentang kepastian umur itu.
Pertanyaan Imam AlGhazali yang kedua. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah "Masa Lalu."
Masa yang kita nikmati selalu berjalan maju dan tidak pernah mundur. Bagaimanapun keadaan kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari tiga masa yakni masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan suatu pelajaran dan kenangan, masa kini merupakan suatu kenyataan dan masa yang akan datang merupakan suatu harapan. Pelajaran di masa lalu menjadi pijakan dalam melakukan hal yang terbaik di masa kini, demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Dengan demikian sahabat bacaan madani kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai masa lalu kita menjadi kenangan yang penuh dengan penyesalan.
Agar kehidupan masa depan kita lebih baik maka manfaatkanlah 5 waktu sebelum datang 5 waktu. Jika di masa muda, sehat, kaya, waktu senggang sulit untuk beramal, maka jangan harap selain waktu tersebut bisa semangat. Ditambah lagi jika benar-benar telah datang kematian, bisa jadi yang ada hanyalah penyesalan dan tangisan.
Dari Ibnu ‘Abbas ra, Rasulullah Saw pernah menasehati seseorang,
"Manfaatkanlah lima waktu sebelum lima waktu
1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
5. Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.