Alam dengan isinya sesungguhnya memiliki kehidupannya
sendiri. Harus disadari, kita dan alam memiliki hak yang sama untuk mengabdi
kepada Allah, tentu saja dengan caranya masing-masing.
Kita mengetahui bagaimana bintang-bintang itu beredar pada
porosnya sebagaimana mengetahui tumbuh-tumbuhan, gunung-gunung berdiri dan
bergerak mengikuti sunnah-Nya, sesungguhnya semuanya itu bersujud dan bertasbih
kepada khaliknya. Akan tetapi kita tidak mengetahui bagaimana cara mereka
bersujud dan bertasbih.
Dari sudut bahasa, tasbih berasal dari kata
sabbaha-yusabbihu-tasbihan. Di dalam kamus, arti dasar dari tasbih (al-sabh)
adalah menjauh dari tempat asal. Al-sabh atau as-sibahah juga diterjemahkan
dengan berenang. Ada juga yang langsung menterjemahkan tasbih dengan mensucikan
Allah. Al-Sabh bisa juga berarti kosong, hampa. Agaknya kata tasbih memiliki
kedekatan arti dengan tanzih dan taqdis (quddus).
Dari arti inilah tasbih diartikan sebagai upaya menjauhkan
Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas baginya. Orang yang bertasbih adalah
orang yang mensucikan Allah dari segala macam sifat dan perbuatan yang tidak
layak dilekatkan kepada Allah. Kata subhana Allah yang sering kita lafalkan
setiap kali selesai shalat berarti maha suci Allah.
Firman Allah :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti mereka. Sesungguhya Dia adalah
maha penyantun lagi maha Penyayang." (QS. Al-Isra':44)
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
"Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi. silahkan kalian mengikuti
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti
dengan suka hati." (QS. Fussilat :11)
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa
tasbih mereka bukanlah sebuah kata-kata seperti manusia bertasbih, akan tetapi
merupakan bentuk kepasrahan dan kepatuhan atas perintah Allah, sehingga gerak
mereka serta arah tujuannya berserah atas kehendak perintah Ilahi. Dengan
demikian butir-butir atom, bumi, matahari, bintang-bintang bergerak pada orbit
atau garis yang telah ditentukan oleh-Nya. Itulah yang dinamai ber-islam, yang
artinya berserah diri atas kemauan Allah Yang Maha Pengasih. Yaitu pasrah atas
peraturan-peraturan (sunnah-sunnah) yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Maka
dari itu paradigma pasrah bukanlah orang pasif yang tidak bergerak, malah
sebaliknya orang yang pasrah adalah orang aktif yang mengikuti
perintah-perintah di dalam syariat, berdagang, belajar, berperang, membayar
zakat, berhaji, beternak, bertani, bermanajemen dll.
Seorang ilmuwan muslim yang bernama Zaghlul An-Najjar
menulis buku yang berjudul, Shuarun min
Tasbih al-Kainaat Lillah. Buku ini terbit di Mesir pada tahun 2003. Pada tahun
2008, penerbit Al-Kautsar menterjemahkan buku tersebut dengan judul, Ketika
Alam Bertasbih.
Adalah menarik ketika An-Najjar mengatakan, “Al-Qur’an
menegaskan bahwa setiap langit dan bumi di dunia dapat merasa, berbicara,
menangis dan merasa sakit dan pedih. Ketika hari kiamat terjadi, masing-masing
akan membeberkan dan menceritakan semua itu. Tentang masalah ini, Allah Swt
berfirman sebagai komentar terhadap perbuatan maksiat yang dilakukan oleh
Fir’aun dan kaumnya, “maka langit dan bumi tidak akan menangisi mereka dan
merekapun tidak diberi tangguh." (Zaghlul An-Najjar: hal. 129).
Ada riwayat dari Nabi yang menjelaskan makna surah
Al-Zalzalah ayat 3 yang mengatakan, Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.
Lalu beliau bertanya, "tahukah kalian apa beritanya ?" mereka menjawab, "Allah
dan Rasulnya yang lebih tahu." Beliau berkata, "Sesungguhnya beritanya bahwa ia
(bumi) bersaksi atas setiap hamba atau umat yang berada di atasnya. Ia berkata,
Ia melakukan ini pada hari ini, begini dan begitu…seterusnya. Inilah beritanya," (HR. At-Tirmizi).
Adalah keliru jika kita menganggap bumi sebagai benda mati
yang sama sekali tidak memberi respon dan reaksi terhadap apa yang dilakukan
manusia di muka bumi ini. Jelas bahwa bumi tempat kita berpijak selalu bertasbih
dan bertahmid kepada Allah.
Bumi selalu mensucikan Allah dan memujinya dengan cara yang
tidak pernah kita ketahui. Bisa dibayangkan jika manusia yang hidup di atas
muka bumi ini tidak bertasbih kepada Allah. Betapa tersiksanya bumi menampung
manusia-manusia kufur yang melupakan Allah.
Sahabat bacaan madani yang dirahmati Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda : "Perumpamaan
orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup
dengan orang yang mati." (HR. Bukhari)
Itulah gambaran dzikir yang dituturkan Rasulullah Saw. Bahwa
dzikir kepada Allah itu bukan sekedar ungkapan sastra, nyanyian,
hitungan-hitungan lafadz, melainkan suatu hakikat yang diyakini didalam jiwa
dan merasakan kehadiran Allah disegenap keadaan, serta berpegang teguh dan
menyandarkan kepada-Nya hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.