Pengertian kaya bagi banyak orang bisa saja berbeda-beda. Sama dengan cara orang memandang sukses. Ada orang yang berpendapat bahwa kaya itu memilki rumah mewah, mobil mewah dan penghasilan yang banyak.
Menurut Webster dan Oxford Dictionary, arti kaya adalah memiliki banyak harta atau properti, tetapi menurut Robert T Kiyosaki, kaya adalah memiliki passive income (pendapatan tanpa bekerja karena uang mereka yang bekerja) yang nilainya lebih besar daripada biaya hidup sehingga tanpa bekerja pun, seseorang atau sebuah keluarga dapat tetap menjalani kehidupan dengan standar yang sama (layak).
Sedangkan fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
Lalu seperti apakah kaya dan fakir yang sebenarnya menurut Rasulullah Saw?
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW baginda bersabda: "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati." (HR Bukhari No: 5965)
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari)
Sabda Rasulullah Saw,
“Rasulullah Saw berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban)
Hakikat kekayaan sebenarnya bukanlah dengan banyaknya harta. Karena begitu banyak orang yang diluaskan rizki berupa harta oleh Allah, namun ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diberi. Orang seperti ini selalu berusaha keras untuk menambah dan terus menambah harta. Ia pun tidak peduli dari manakah harta tersebut ia peroleh. Orang seperti inilah yang seakan-akan begitu fakir karena usaha kerasnya untuk terus menerus memuaskan dirinya dengan harta.
Perlu diketahui baik-baik bahwa hakikat kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (hati yang selalu ghoni, selalu merasa cukup). Orang yang kaya hati inilah yang selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, selalu merasa qona’ah (puas) dengan yang diperoleh dan selalu ridho atas ketentuan Allah. Orang semacam ini tidak begitu tamak untuk menambah harta dan ia tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk terus menambahnya. Kondisi orang semacam inilah yang disebut ghoni (yaitu kaya yang sebenarnya).”
Ibnu Hajar Al Asqolani ra menerangkan pula, “Orang yang disifati dengan kaya hati adalah orang yang selalu qona’ah (merasa puas) dengan rizki yang Allah beri. Ia tidak begitu tamak untuk menambahnya tanpa ada kebutuhan. Ia pun tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk mencarinya. Ia tidak meminta-minta dengan merengek-rengek untuk menambah hartanya. Bahkan yang terjadi padanya ialah ia selalu ridho dengan pemberian Allah Swt padanya. Orang inilah yang seakan-akan kaya selamanya.
Sedangkan orang yang disifati dengan miskin hati adalah kebalikan dari orang pertama tadi. Orang seperti ini tidak pernah qona’ah (merasa puas) terhadap apa yang diberi. Bahkan ia terus berusaha kerus untuk menambah dan terus menambah dengan cara apa pun (entah cara halal maupun haram). Jika ia tidak menggapai apa yang ia cari, ia pun merasa amat sedih. Dialah seakan-akan orang yang fakir, yang miskin harta karena ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diberi. Orang inilah orang yang tidak kaya pada hakikatnya."
Kesimpulannya adalah :
1. Orang yang sebenarnya kaya ialah yang hatinya merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan tidak mengharap apa yang ada pada tangan orang lain.
2. Orang yang kaya hati adalah orang yang tidak rakus mencari harta dan sentiasa bersifat qanaah.
3. sedangkan orang fakir yang sebenarnya adalah kebalikan dari orang yang kaya hati.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kaya dan fakir yang sebenarnya menurut Rasulullah Saw. mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang kaya hati dan di jauhkan dari miskin hati. Aamiin.
Menurut Webster dan Oxford Dictionary, arti kaya adalah memiliki banyak harta atau properti, tetapi menurut Robert T Kiyosaki, kaya adalah memiliki passive income (pendapatan tanpa bekerja karena uang mereka yang bekerja) yang nilainya lebih besar daripada biaya hidup sehingga tanpa bekerja pun, seseorang atau sebuah keluarga dapat tetap menjalani kehidupan dengan standar yang sama (layak).
Sedangkan fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
Lalu seperti apakah kaya dan fakir yang sebenarnya menurut Rasulullah Saw?
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW baginda bersabda: "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati." (HR Bukhari No: 5965)
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari)
Sabda Rasulullah Saw,
“Rasulullah Saw berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban)
Hakikat kekayaan sebenarnya bukanlah dengan banyaknya harta. Karena begitu banyak orang yang diluaskan rizki berupa harta oleh Allah, namun ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diberi. Orang seperti ini selalu berusaha keras untuk menambah dan terus menambah harta. Ia pun tidak peduli dari manakah harta tersebut ia peroleh. Orang seperti inilah yang seakan-akan begitu fakir karena usaha kerasnya untuk terus menerus memuaskan dirinya dengan harta.
Perlu diketahui baik-baik bahwa hakikat kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (hati yang selalu ghoni, selalu merasa cukup). Orang yang kaya hati inilah yang selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, selalu merasa qona’ah (puas) dengan yang diperoleh dan selalu ridho atas ketentuan Allah. Orang semacam ini tidak begitu tamak untuk menambah harta dan ia tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk terus menambahnya. Kondisi orang semacam inilah yang disebut ghoni (yaitu kaya yang sebenarnya).”
Ibnu Hajar Al Asqolani ra menerangkan pula, “Orang yang disifati dengan kaya hati adalah orang yang selalu qona’ah (merasa puas) dengan rizki yang Allah beri. Ia tidak begitu tamak untuk menambahnya tanpa ada kebutuhan. Ia pun tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk mencarinya. Ia tidak meminta-minta dengan merengek-rengek untuk menambah hartanya. Bahkan yang terjadi padanya ialah ia selalu ridho dengan pemberian Allah Swt padanya. Orang inilah yang seakan-akan kaya selamanya.
Sedangkan orang yang disifati dengan miskin hati adalah kebalikan dari orang pertama tadi. Orang seperti ini tidak pernah qona’ah (merasa puas) terhadap apa yang diberi. Bahkan ia terus berusaha kerus untuk menambah dan terus menambah dengan cara apa pun (entah cara halal maupun haram). Jika ia tidak menggapai apa yang ia cari, ia pun merasa amat sedih. Dialah seakan-akan orang yang fakir, yang miskin harta karena ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diberi. Orang inilah orang yang tidak kaya pada hakikatnya."
Kesimpulannya adalah :
1. Orang yang sebenarnya kaya ialah yang hatinya merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan tidak mengharap apa yang ada pada tangan orang lain.
2. Orang yang kaya hati adalah orang yang tidak rakus mencari harta dan sentiasa bersifat qanaah.
3. sedangkan orang fakir yang sebenarnya adalah kebalikan dari orang yang kaya hati.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kaya dan fakir yang sebenarnya menurut Rasulullah Saw. mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang kaya hati dan di jauhkan dari miskin hati. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.