Cemburu merupakan emosi dan biasanya merujuk pada fikiran negatif dan perasaan terancam, takut, dan risau bagi kehilangan sesuatu yang dihargai oleh seseorang, terutama merujuk pada hubungan manusia. Cemburu sering kali merupakan gabungan emosi yang ditunjukkan seperti marah, benci, kekurangan, tidak berdaya dan meluat.
Dalam makna umum yang digunakan dalam rencana ini, cemburu berbeda dengan iri hati, sungguhpun kedua istilah secara popular hampir menjadi sama. Cemburu merupakan perasaan biasa dalam hubungan sesama manusia.
Dalam satu riwayat Aisyah istri Rasulullah Saw juga pernah cemburu kepada Khadijah yang merupakan istri Rasulullah Saw yang pertama.
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi Saw sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau menikahi aku. Dan disebabkan aku sering mendengar beliau menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan Allah memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak). Dan apabila beliau menyembelih kambing, beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu untuk teman-temannya Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka." (HR. Bukhari 3532)
Dalam riwayat lain,
Dari 'Urwah dari 'Aisyah dia berkata; "Saya tidak pernah merasa cemburu kepada para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lain kecuali kepada Khadijah, dikarenakan beliau sering menyebut-nyebutkan kelebihannya. Padahal aku tidak pernah melihatnya sama sekali.” (HR. Muslim 4465)
Dari hadits di atas banyak sekali pelajaran yang diambil antara lain:
1. Kecemburuan dialami oleh orang shaleh seperti ummul mukminin. Hal itu memberi makna bahwa kecemburuan tidak selalu salah.
2. Kecemuruan tidak selalu negative karena Rasulullah sendiri tidak melarangnya.
3. Kecemburuan yang positif adalah berkaitan dengan kualitas amal ibadah.
4. Kecemburuan yang dialami Aisyah terjadi karena Rasulullah mengingat kebaikan Khadijah yang sama sekali tidak merugikan Aisyah.
5. Aisyah cemburu kepada Khadijah bukan disebabkan takut terkalahkan dalam urusan duniawi akan tetapi karena Rasulullah selalu mengingat ketakwaan Khadijah.
6. Aisyah cemburu kepada orang yang sudah meninggal dan dia tidak sempat bertemu, dia masih kecil karena itu, dia tidak pernah merasa terpanggil untuk mengenalnya bahkan tidak pernah melihatnya. Dan pada saat Khadijah masih hidup, Aisyah pun tidak mengetahui kalau dirinya akan menjadi isteri Rasulullah.
7. Kecemburuan Aisyah kepada Khadijah tidak menimbulkan selain meningkatnya taqarrub kepada Allah agar meraih ketakwaan berlomba dengan pendahulunya yaitu Khadijah.
Sahabat bacaan madani. Kecemburuan seseorang dapat membawa kepada hal positif dan banyak sekali yang membawa kepada hal negative hingga menimbulkan perceraian. Padahal sekiranya kecemburuan tersebut dihubungkan dengan kehidupan akhirat pasti akan menjadi motivasi untuk berlomba dalam amal shaleh yang pasti akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Dalam makna umum yang digunakan dalam rencana ini, cemburu berbeda dengan iri hati, sungguhpun kedua istilah secara popular hampir menjadi sama. Cemburu merupakan perasaan biasa dalam hubungan sesama manusia.
Dalam satu riwayat Aisyah istri Rasulullah Saw juga pernah cemburu kepada Khadijah yang merupakan istri Rasulullah Saw yang pertama.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي لِمَا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا وَأَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يُبَشِّرَهَا بِبَيْتٍ مِنْ قَصَبٍ وَإِنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاةَ فَيُهْدِي فِي خَلَائِلِهَا مِنْهَا مَا يَسَعُهُنَّ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi Saw sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau menikahi aku. Dan disebabkan aku sering mendengar beliau menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan Allah memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak). Dan apabila beliau menyembelih kambing, beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu untuk teman-temannya Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka." (HR. Bukhari 3532)
Dalam riwayat lain,
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا غِرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مِنْ نِسَائِهِ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ لِكَثْرَةِ ذِكْرِهِ إِيَّاهَا وَمَا رَأَيْتُهَا قَطُّ
Dari 'Urwah dari 'Aisyah dia berkata; "Saya tidak pernah merasa cemburu kepada para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lain kecuali kepada Khadijah, dikarenakan beliau sering menyebut-nyebutkan kelebihannya. Padahal aku tidak pernah melihatnya sama sekali.” (HR. Muslim 4465)
Dari hadits di atas banyak sekali pelajaran yang diambil antara lain:
1. Kecemburuan dialami oleh orang shaleh seperti ummul mukminin. Hal itu memberi makna bahwa kecemburuan tidak selalu salah.
2. Kecemuruan tidak selalu negative karena Rasulullah sendiri tidak melarangnya.
3. Kecemburuan yang positif adalah berkaitan dengan kualitas amal ibadah.
4. Kecemburuan yang dialami Aisyah terjadi karena Rasulullah mengingat kebaikan Khadijah yang sama sekali tidak merugikan Aisyah.
5. Aisyah cemburu kepada Khadijah bukan disebabkan takut terkalahkan dalam urusan duniawi akan tetapi karena Rasulullah selalu mengingat ketakwaan Khadijah.
6. Aisyah cemburu kepada orang yang sudah meninggal dan dia tidak sempat bertemu, dia masih kecil karena itu, dia tidak pernah merasa terpanggil untuk mengenalnya bahkan tidak pernah melihatnya. Dan pada saat Khadijah masih hidup, Aisyah pun tidak mengetahui kalau dirinya akan menjadi isteri Rasulullah.
7. Kecemburuan Aisyah kepada Khadijah tidak menimbulkan selain meningkatnya taqarrub kepada Allah agar meraih ketakwaan berlomba dengan pendahulunya yaitu Khadijah.
Sahabat bacaan madani. Kecemburuan seseorang dapat membawa kepada hal positif dan banyak sekali yang membawa kepada hal negative hingga menimbulkan perceraian. Padahal sekiranya kecemburuan tersebut dihubungkan dengan kehidupan akhirat pasti akan menjadi motivasi untuk berlomba dalam amal shaleh yang pasti akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.