Padang Mahsyar adalah suatu dataran yang sangat luas tempat berkumpul para makhluk pertama, hingga makhluk yang terakhir hidup. Dataran Mahsyar berada di alam akhirat, dan dikatakan berpasir, tidak terlihat tinggi maupun rendah.
"Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka." (QS. Al-Kahfi :47)
Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah Swt yang berada di tujuh lapis langit dan bumi termasuk malaikat, jin, manusia, binatang berkumpul dan berdesak-desakan. Setiap manusia pada hari pengadilan akan hadir di mahsyar, diiringi oleh dua malaikat, yang satu sebagai pengiringnya dan yang satu lagi sebagai saksi atas segala perbuatannya di dunia.
Manusia dibangkitkan dari alam kubur dan digiring menuju mahsyar sesuai dengan kondisi amal perbuatan pada saat mereka mati, bila mereka mati di atas kebaikan, mereka mendapat husnul khatimah dan bila mereka mati di atas keburukan, maka mereka mati di atas su’ul khatimah.
Lalu bagaimana Allah Swt memanggi manusia di padang mahsyar?
Allah Swt akan memanggil manusia di padang mahsyar dilakukan bersamaan dengan imamnya dan dengan suara yang menggelegar bagaikan petir yang menyambar. Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam firmannya yang berbunyi:
”(ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa diberikan kitab amalannya ditangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barang siapa yang buta(hatinya) didunia ini, niscaya di ahirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra’:71-72)
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai imam yang terdapat pada ayat tersebut. Sebadian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud imam dalam ayat tersebut adalah pemimpinnya, dimana setiap umat akan datang dengan para Rasulnya, sebagian pendapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan imam tersebut adalah kitab catatan amal perbuatan.
Pada hari kiamat pun manusia akan dipanggil dengan namanya yang dinisbahkan kepada ayahnya, fulan bin fulan, sebagaimana disebutkan didalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi Saw,
”Sesungguhnya seorang pengkhianat akan mengangkat sebuah panji untuknya pada hari kiamat. Dikatakan kepadanya,’Inilah pengkhianatan fulan bin fulan.” (HR. Bukhari)
Sebagai tambahan, bahwa penambahan nama bin (anak laki-laki) dan binti (anak perempuan) yang disertai dengan nama ayahnya setelah nama anaknya adalah sesuatu yang disyariatkan didalam agama Islam.
Artinya : “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka.” (QS. Al Ahzab : 5)
Didalam ayat itu Allah swt meminta agar setiap anak dinisbahkan kepada ayahnya tidak kepada ibunya, sehingga disebut fulan bin fulan tidak fulan bin fulanah. Ketika seseorang dipanggail atau diseru ia juga dipanggil dengan,”Wahai bin fulan.” Tidak “Wahai bin fulanah.”
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا
Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah Swt yang berada di tujuh lapis langit dan bumi termasuk malaikat, jin, manusia, binatang berkumpul dan berdesak-desakan. Setiap manusia pada hari pengadilan akan hadir di mahsyar, diiringi oleh dua malaikat, yang satu sebagai pengiringnya dan yang satu lagi sebagai saksi atas segala perbuatannya di dunia.
Manusia dibangkitkan dari alam kubur dan digiring menuju mahsyar sesuai dengan kondisi amal perbuatan pada saat mereka mati, bila mereka mati di atas kebaikan, mereka mendapat husnul khatimah dan bila mereka mati di atas keburukan, maka mereka mati di atas su’ul khatimah.
Lalu bagaimana Allah Swt memanggi manusia di padang mahsyar?
Allah Swt akan memanggil manusia di padang mahsyar dilakukan bersamaan dengan imamnya dan dengan suara yang menggelegar bagaikan petir yang menyambar. Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam firmannya yang berbunyi:
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا .وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
”(ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa diberikan kitab amalannya ditangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barang siapa yang buta(hatinya) didunia ini, niscaya di ahirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra’:71-72)
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai imam yang terdapat pada ayat tersebut. Sebadian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud imam dalam ayat tersebut adalah pemimpinnya, dimana setiap umat akan datang dengan para Rasulnya, sebagian pendapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan imam tersebut adalah kitab catatan amal perbuatan.
Pada hari kiamat pun manusia akan dipanggil dengan namanya yang dinisbahkan kepada ayahnya, fulan bin fulan, sebagaimana disebutkan didalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi Saw,
”Sesungguhnya seorang pengkhianat akan mengangkat sebuah panji untuknya pada hari kiamat. Dikatakan kepadanya,’Inilah pengkhianatan fulan bin fulan.” (HR. Bukhari)
Sebagai tambahan, bahwa penambahan nama bin (anak laki-laki) dan binti (anak perempuan) yang disertai dengan nama ayahnya setelah nama anaknya adalah sesuatu yang disyariatkan didalam agama Islam.
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ
Artinya : “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka.” (QS. Al Ahzab : 5)
Didalam ayat itu Allah swt meminta agar setiap anak dinisbahkan kepada ayahnya tidak kepada ibunya, sehingga disebut fulan bin fulan tidak fulan bin fulanah. Ketika seseorang dipanggail atau diseru ia juga dipanggil dengan,”Wahai bin fulan.” Tidak “Wahai bin fulanah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.