Cerewet adalah suka mencela, mengomel, mengata-ngatai, banyak mulut; nyinyir, bawel dan lain sebagainya. Biasanya yang cerewet sering di identikkan dengan wanita. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Amerika Serikat mengungkap fakta yang unik tentang wanita. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa wanita berbicara 3 kali lipat daripada laki-laki.
Dalam satu hari penuh, rata-rata perempuan mengeluarkan 13.000 hingga 20.000 kata, sedangkan laki-laki hanya mengeluarkan 7.000 kata. Jadi, memang benar bukan kalau wanita disebut cerewet.
Tentunya dalam rumah tangga ditemukan yang paling banyak yang cerewet antara suami dan istri adalah istri. Istri yang cerewet tidak selamanya membawa petaka dalam rumah tangga.
Seorang istri yang cerewet itu juga sebuah anugerah tersendiri, yang hikmah dan nilai positifnya akan terasa bagi seluruh anggota keluarga, meskipun secara langsung anda merasa omelan istri itu bagaikan benang yang ditarik dari gulungannya, panjang dan tiada habisnya. Membuat telinga serasa dikeriting atau bagaikan sedang mendengar berita acara yang tak bertitik koma.
Pada zaman dahulu di sebuah desa bernama Bajal haban di negeri Hadramout, Yaman tersebutlah seorang shaleh yang dikenal dengan nama Syekh Abdurrahman Bajal haban, beliau adalah seorang wali yang memeliki derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, namun beliau tidak mengetahui dirinya memiliki keistimewaan seperti itu. Beliau dikaruniai oleh Allah Swt seorang istri yang sangat cerewet. Setiap harinya istrinya hanya marah dan mengomel. Sedangkan Syekh Abdurrahman Bajal haban adalah orang yang sabar, beliau selalu menghadapi istrinya dengan penuh kesabaran. Tidak pernah beliau membalas keburukan dengan keburukan, omelan dengan omelan. Seandainya beliau menghadapi sifat keras istrinya dengan kekerasan. Kemungkinan rumah tangga beliau selalu dihiasi pertengkaran setiap hari.
Suatu hari beliau mempunyai keinginan berkholawat atau Menyepi untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt di sebuah tempat bersama orang-orang yang beribadah. Beliau merasa lebih baik beribadah dari pada terus-terusan bersama istri yang kerjanya selalu ngomel terus.
Syekh Abdurrahman pun pamit kepada istrinya dan seperti biasa jawabannya penuh dengan kata-kata kasar. Syekh Abdurrahman naik ke gunung terdekat dari kotanya dan di tempat itu Syekh Abdurrahman menemukan sekelompok orang yang sedang beribadah. Singkat cerita beliau dapat bergabung bersama mereka dengan syarat harus mau piket mencari makan untuk mereka sebagaimana adat mereka menentukan piket para anggota untuk mencari makan secara bergantian setiap harinya.
Suatu hari Syekh Abdurrahman mendapat giliran piket, beliau bingung harus mencari makanan di mana. “Lebih baik aku meminta kepada Allah” gumam beliau, “Tetapi dengan siapakah aku harus bertawassul? Ah, lebih baik aku bertawassul dengan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu, meskipun aku tidak tahu siapakah yang mereka tawassuli” kata beliau dalam hati.
Maka beliau pun duduk di tempat sepi mengangkat tangan sambil berdo’a, “Ya Allah berkat kemulyaan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu maka turunkanlah untukku dan teman-temanku makanan yang lezat”.
Seketika turunlah makanan-makanan yang lezat, beliau pun kaget serta kagum betapa tinggi kedudukan wali yang ditawassuli oleh teman-temannya sehingga sekali tawassul do’a langsung terkabul.
Sahabat-sahabat Syekh Abdurrahman kaget disaat beliau datang membawa makanan yang demikian lezat, mereka bertanya bagaimana bisa mendapatkannya? Syekh Abdurrahman pun menceritakan semua kejadian yang di alaminya. Kemudian Syekh Abdurrahman bertanya, “Siapakah orang yang kalian tawassuli itu? Demi Allah kalau bukan karena bertawassul dengan beliau belum tentu do’aku akan terkabul dengan spontan seperti yang kalian lihat”
Mereka pun bercerita, “Ketahuilah di desa Bajal haban dekat pegunungan ini ada orang yang shaleh dan penyabar. Beliau memiliki istri yang cerewet, namun begitu beliau sangat sabar terhadap istrinya dan tidak pernah membalas keburukan istrinya dengan keburukan yang sama. Karena kesabarannya inilah Allah mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya. Beliau dikenal dengan sebutan Syekh Abdurrahman Bajal haban dan kami selalu bertawassul kepada Allah dengan kemulyaan beliau”.
Mendengar cerita ini Syekh Abdurrahman Bajal haban kaget, setinggi inikah nilai kesabaran dirinya di sisi Allah Swt? Maka Syekh Abdurrahman pun pamit untuk pulang ke desanya tanpa mengemukakan alasan yang jelas. Karena beliau menganggap hidup bersabar bersama istri cerewet ternyata memiliki nilai lebih besar dari pada berkholwat (Menyepi) bersama orang-orang yang beribadah. Dan sahabat-sahabatnya mempersilahkan beliau pulang tanpa mengetahui apa alasan beliau dan siapakah beliau sebenarnya, karena memang beliau tidak pernah memperkenalkan nama beliau kepada mereka.
Demikianlah sahabat bacaan madani sepenggal kisah wali Allah yang selalu sabar mengahadapi istrinya yang cerewet. Disini dapat kita ambil pelajaran, bahwa segala sesuatu itu ada hikmahnya. Apalagi kita menghadapinya penuh dengan kesabaran. Sebab bisa jadi yan demikian merupakan ujian dari Allah Swt. mudah-mudahan kita selalu termasuk orang-orang yang sabar. Aamiin.
Dalam satu hari penuh, rata-rata perempuan mengeluarkan 13.000 hingga 20.000 kata, sedangkan laki-laki hanya mengeluarkan 7.000 kata. Jadi, memang benar bukan kalau wanita disebut cerewet.
Tentunya dalam rumah tangga ditemukan yang paling banyak yang cerewet antara suami dan istri adalah istri. Istri yang cerewet tidak selamanya membawa petaka dalam rumah tangga.
Seorang istri yang cerewet itu juga sebuah anugerah tersendiri, yang hikmah dan nilai positifnya akan terasa bagi seluruh anggota keluarga, meskipun secara langsung anda merasa omelan istri itu bagaikan benang yang ditarik dari gulungannya, panjang dan tiada habisnya. Membuat telinga serasa dikeriting atau bagaikan sedang mendengar berita acara yang tak bertitik koma.
Pada zaman dahulu di sebuah desa bernama Bajal haban di negeri Hadramout, Yaman tersebutlah seorang shaleh yang dikenal dengan nama Syekh Abdurrahman Bajal haban, beliau adalah seorang wali yang memeliki derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, namun beliau tidak mengetahui dirinya memiliki keistimewaan seperti itu. Beliau dikaruniai oleh Allah Swt seorang istri yang sangat cerewet. Setiap harinya istrinya hanya marah dan mengomel. Sedangkan Syekh Abdurrahman Bajal haban adalah orang yang sabar, beliau selalu menghadapi istrinya dengan penuh kesabaran. Tidak pernah beliau membalas keburukan dengan keburukan, omelan dengan omelan. Seandainya beliau menghadapi sifat keras istrinya dengan kekerasan. Kemungkinan rumah tangga beliau selalu dihiasi pertengkaran setiap hari.
Suatu hari beliau mempunyai keinginan berkholawat atau Menyepi untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt di sebuah tempat bersama orang-orang yang beribadah. Beliau merasa lebih baik beribadah dari pada terus-terusan bersama istri yang kerjanya selalu ngomel terus.
Syekh Abdurrahman pun pamit kepada istrinya dan seperti biasa jawabannya penuh dengan kata-kata kasar. Syekh Abdurrahman naik ke gunung terdekat dari kotanya dan di tempat itu Syekh Abdurrahman menemukan sekelompok orang yang sedang beribadah. Singkat cerita beliau dapat bergabung bersama mereka dengan syarat harus mau piket mencari makan untuk mereka sebagaimana adat mereka menentukan piket para anggota untuk mencari makan secara bergantian setiap harinya.
Suatu hari Syekh Abdurrahman mendapat giliran piket, beliau bingung harus mencari makanan di mana. “Lebih baik aku meminta kepada Allah” gumam beliau, “Tetapi dengan siapakah aku harus bertawassul? Ah, lebih baik aku bertawassul dengan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu, meskipun aku tidak tahu siapakah yang mereka tawassuli” kata beliau dalam hati.
Maka beliau pun duduk di tempat sepi mengangkat tangan sambil berdo’a, “Ya Allah berkat kemulyaan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu maka turunkanlah untukku dan teman-temanku makanan yang lezat”.
Seketika turunlah makanan-makanan yang lezat, beliau pun kaget serta kagum betapa tinggi kedudukan wali yang ditawassuli oleh teman-temannya sehingga sekali tawassul do’a langsung terkabul.
Sahabat-sahabat Syekh Abdurrahman kaget disaat beliau datang membawa makanan yang demikian lezat, mereka bertanya bagaimana bisa mendapatkannya? Syekh Abdurrahman pun menceritakan semua kejadian yang di alaminya. Kemudian Syekh Abdurrahman bertanya, “Siapakah orang yang kalian tawassuli itu? Demi Allah kalau bukan karena bertawassul dengan beliau belum tentu do’aku akan terkabul dengan spontan seperti yang kalian lihat”
Mereka pun bercerita, “Ketahuilah di desa Bajal haban dekat pegunungan ini ada orang yang shaleh dan penyabar. Beliau memiliki istri yang cerewet, namun begitu beliau sangat sabar terhadap istrinya dan tidak pernah membalas keburukan istrinya dengan keburukan yang sama. Karena kesabarannya inilah Allah mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya. Beliau dikenal dengan sebutan Syekh Abdurrahman Bajal haban dan kami selalu bertawassul kepada Allah dengan kemulyaan beliau”.
Mendengar cerita ini Syekh Abdurrahman Bajal haban kaget, setinggi inikah nilai kesabaran dirinya di sisi Allah Swt? Maka Syekh Abdurrahman pun pamit untuk pulang ke desanya tanpa mengemukakan alasan yang jelas. Karena beliau menganggap hidup bersabar bersama istri cerewet ternyata memiliki nilai lebih besar dari pada berkholwat (Menyepi) bersama orang-orang yang beribadah. Dan sahabat-sahabatnya mempersilahkan beliau pulang tanpa mengetahui apa alasan beliau dan siapakah beliau sebenarnya, karena memang beliau tidak pernah memperkenalkan nama beliau kepada mereka.
Demikianlah sahabat bacaan madani sepenggal kisah wali Allah yang selalu sabar mengahadapi istrinya yang cerewet. Disini dapat kita ambil pelajaran, bahwa segala sesuatu itu ada hikmahnya. Apalagi kita menghadapinya penuh dengan kesabaran. Sebab bisa jadi yan demikian merupakan ujian dari Allah Swt. mudah-mudahan kita selalu termasuk orang-orang yang sabar. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.