Sial, tidak mujur, malang, buruk nasibnya sering diucapkan disaat seseorang yang lemah iman tidak mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Padahal segala sesuatu ada hikmahnya. Bisa jadi kita belum mendapatkan sesuatu itu di sebabkan usaha kita belum maksimal atau mungkin apabila kita dapatkan akan mendatangkan keburukan untuk kita.
Tathayyur berasal dari ath-thiyarah, yang berarti merasa sial karena suatu hal. Pada mulanya, orang Arab merasa bernasib sial karena burung-burung tertentu, seperti: burung gagak, burung hantu, serta berbagai hewan lainnya. Kemudian istilah ini dimutlakkan penggunaannya pada semua perasaan sial, apapun bentuk dan penyebabnya.
Merasa sial (Tathayyur), satu hal yang berdiri tanpa landasan ilmu pengetahuan atau suatu kenyataan yang benar. Tathayyur, hanya berjalan mengikuti kelemahan dan membenarkan dugaan yang salah (waham). Kalau tidak demikian, apa artinya seorang yang berakal percaya mendapat sial karena seseorang, atau karena tempat, karena dengkurnya suara burung, geraknya mata atau terdengarnya suatu perkataan?!
Apabila nalurinya manusia itu ada kelemahan, maka akan mengalir pada dirinya suatu anggapan sial karena sesuatu. Seharusnya dia tidak mau menerima kelemahan ini. Lebih-lebih apabila dia sudah sampai pada fase bekerja dan pelaksanaan.
Merasa sial karena sesuatu, tempat, waktu, seseorang dan sebagainya adalah termasuk ramalan yang sangat laku di pasaran, secara berkelompok atau perorangan. Bahkan ada juga yang merasa sial dengan angka-angka tertentu, seperti angka 13 dan lainnya.
Kejadian-kejadian seperti ini sudah ada dari zaman dahulu. Di zaman dahulu pernah juga terjadi demikian, misalnya tentang kaum Nabi Saleh, di saat itu Nabi Saleh mengajak mereka memohon kepada Allah Swt. tetapi mereka berkata kepadanya:
"Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji." (QS. an- Naml: 47)
Fir'aun dan kaumnya apabila ditimpa suatu musibah, mereka menganggap kesialannya itu karena Musa dan orang-orang yang bersamanya.
Dan banyak pula orang-orang kafir yang sesat itu kalau mendapat bala' dari Allah, mereka kemudian berkata kepada para juru da'wah dan Rasul:
"Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami." (QS. Yaasiin:18)
Tetapi para Rasul itu kemudian menjawab:
"Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas." (QS. Yaasiin: 19)
Yakni sebab-sebab kesialanmu itu ada pada kamu sendiri, yaitu lantaran kamu kufur, ingkar dan memusuhi Allah dan RasulNya.
Orang-orang Arab jahiliah dalam segi ini mempunyai doa yang panjang dan bermacam- macam kepercayaan. Sehingga datanglah Islam kemudian dihapusnya dan mereka dikembalikan untuk mengikuti jalan fikiran yang lurus.
Hukum Merasa Sial (Tathayyur)
Dalam sebuah hadits, Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada penyakit menular, dan tidak ada kesialan karena burung serta burung hantu dan bulan Shafar, tidak pula karena jin.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits tersebut, Nabi SAW menolak adanya penyakit menular dan thiyarah, serta meniadakan adanya kesialan akibat burung malam, yakni burung hantu. Karena dahulu mereka menganggap sial yang disebabkan hal-hal tersebut. Bentuk thiyarah ini merupakan bentuk kesyirikan, berdasarkan sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang membatalkan keperluannya karena thiyarah, maka sesungguhnya ia telah berbuat kesyirikan”. (HR. Imam Ahmad dan Imam ath-Tabrani).
Tathayyur dikategorikan syirik karena adanya keyakinan bahwa burung atau manusia, bergantinya bulan atau terjadinya sesuatu, semua itu mempunyai pengaruh buruk tanpa adanya kehendak Allah SWT, dan terdapat kekhususan dengan kemalangan tersebut.
Rasulullah merangkaikan ramalan dan sihir dalam satu susunan, seperti sabdanya:
"Bukan dari golongan kami siapa yang merasa sial, atau minta diramalkan kesialannya, atau menenung, atau minta ditenungkan, atau mensihir, atau minta disihirkan." (HR. Thabarani)
Dan sabdanya pula:
"Membuat garis di tanah, menganggap sial karena alamat dan melempar kerikil karena ada suatu kepercayaan, adalah termasuk menyembah selain Allah." (HR. Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu Hibban)
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Ada tiga perkara yang tidak akan bisa selamat satupun, yaitu: menuduh, tathayyur dan hasud. Oleh karena itu kalau kamu menuduh jangan kamu nyatakan, dan kalau merasa sial jangan surut (jangan kamu gagalkan pekerjaanmu), dan kalau kamu hasud, jangan lanjutkan." (HR. Thabarani)
Oleh karena ketiga perkara ini hanya semata-mata perasaan yang tidak berpengaruh pada suatu sikap dan perbuatan, maka dimaafkannya oleh Allah.
Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah Saw. bersabda:
"Tathayyur (merasa sial) adalah syirik." 3 kali." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dan Ibnu Mas'ud sendiri berkata: " ...Tetapi Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal." (HR. Abu Daud dan Tarmizi)
Apa yang dimaksudkan oleh Ibnu Mas'ud itu, ialah: setiap orang di antara kita ini ada perasaan-perasaan seperti itu, tetapi perasaan semacam ini akan hilang lenyap dari hati orang yang selalu tawakkal dan tidak membiarkan perasaannya itu tinggal dalam hati.
Sahabat bacaan madani yang dirahmati Allah. Untuk menghilangkan sifat merasa sial pada diri kita. Kita harus hilang sifat buruk sangka kepada Allah maupun kepada makhluknya. Selanjutnta bertawakkallah kepada Allah setelah berusaha sebatas kemampuan dan jangan pernah lupa selalu sabar dan bersyukur kepada Allah Swt. ingat bahwa setiap kejadian itu ada khikmahnya.
Tathayyur berasal dari ath-thiyarah, yang berarti merasa sial karena suatu hal. Pada mulanya, orang Arab merasa bernasib sial karena burung-burung tertentu, seperti: burung gagak, burung hantu, serta berbagai hewan lainnya. Kemudian istilah ini dimutlakkan penggunaannya pada semua perasaan sial, apapun bentuk dan penyebabnya.
Merasa sial (Tathayyur), satu hal yang berdiri tanpa landasan ilmu pengetahuan atau suatu kenyataan yang benar. Tathayyur, hanya berjalan mengikuti kelemahan dan membenarkan dugaan yang salah (waham). Kalau tidak demikian, apa artinya seorang yang berakal percaya mendapat sial karena seseorang, atau karena tempat, karena dengkurnya suara burung, geraknya mata atau terdengarnya suatu perkataan?!
Apabila nalurinya manusia itu ada kelemahan, maka akan mengalir pada dirinya suatu anggapan sial karena sesuatu. Seharusnya dia tidak mau menerima kelemahan ini. Lebih-lebih apabila dia sudah sampai pada fase bekerja dan pelaksanaan.
Merasa sial karena sesuatu, tempat, waktu, seseorang dan sebagainya adalah termasuk ramalan yang sangat laku di pasaran, secara berkelompok atau perorangan. Bahkan ada juga yang merasa sial dengan angka-angka tertentu, seperti angka 13 dan lainnya.
Kejadian-kejadian seperti ini sudah ada dari zaman dahulu. Di zaman dahulu pernah juga terjadi demikian, misalnya tentang kaum Nabi Saleh, di saat itu Nabi Saleh mengajak mereka memohon kepada Allah Swt. tetapi mereka berkata kepadanya:
قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ ۚ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ ۖ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
"Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji." (QS. an- Naml: 47)
Fir'aun dan kaumnya apabila ditimpa suatu musibah, mereka menganggap kesialannya itu karena Musa dan orang-orang yang bersamanya.
Dan banyak pula orang-orang kafir yang sesat itu kalau mendapat bala' dari Allah, mereka kemudian berkata kepada para juru da'wah dan Rasul:
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami." (QS. Yaasiin:18)
Tetapi para Rasul itu kemudian menjawab:
قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ ۚ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
"Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas." (QS. Yaasiin: 19)
Yakni sebab-sebab kesialanmu itu ada pada kamu sendiri, yaitu lantaran kamu kufur, ingkar dan memusuhi Allah dan RasulNya.
Orang-orang Arab jahiliah dalam segi ini mempunyai doa yang panjang dan bermacam- macam kepercayaan. Sehingga datanglah Islam kemudian dihapusnya dan mereka dikembalikan untuk mengikuti jalan fikiran yang lurus.
Hukum Merasa Sial (Tathayyur)
Dalam sebuah hadits, Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada penyakit menular, dan tidak ada kesialan karena burung serta burung hantu dan bulan Shafar, tidak pula karena jin.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits tersebut, Nabi SAW menolak adanya penyakit menular dan thiyarah, serta meniadakan adanya kesialan akibat burung malam, yakni burung hantu. Karena dahulu mereka menganggap sial yang disebabkan hal-hal tersebut. Bentuk thiyarah ini merupakan bentuk kesyirikan, berdasarkan sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang membatalkan keperluannya karena thiyarah, maka sesungguhnya ia telah berbuat kesyirikan”. (HR. Imam Ahmad dan Imam ath-Tabrani).
Tathayyur dikategorikan syirik karena adanya keyakinan bahwa burung atau manusia, bergantinya bulan atau terjadinya sesuatu, semua itu mempunyai pengaruh buruk tanpa adanya kehendak Allah SWT, dan terdapat kekhususan dengan kemalangan tersebut.
Rasulullah merangkaikan ramalan dan sihir dalam satu susunan, seperti sabdanya:
"Bukan dari golongan kami siapa yang merasa sial, atau minta diramalkan kesialannya, atau menenung, atau minta ditenungkan, atau mensihir, atau minta disihirkan." (HR. Thabarani)
Dan sabdanya pula:
"Membuat garis di tanah, menganggap sial karena alamat dan melempar kerikil karena ada suatu kepercayaan, adalah termasuk menyembah selain Allah." (HR. Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu Hibban)
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Ada tiga perkara yang tidak akan bisa selamat satupun, yaitu: menuduh, tathayyur dan hasud. Oleh karena itu kalau kamu menuduh jangan kamu nyatakan, dan kalau merasa sial jangan surut (jangan kamu gagalkan pekerjaanmu), dan kalau kamu hasud, jangan lanjutkan." (HR. Thabarani)
Oleh karena ketiga perkara ini hanya semata-mata perasaan yang tidak berpengaruh pada suatu sikap dan perbuatan, maka dimaafkannya oleh Allah.
Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah Saw. bersabda:
"Tathayyur (merasa sial) adalah syirik." 3 kali." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dan Ibnu Mas'ud sendiri berkata: " ...Tetapi Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal." (HR. Abu Daud dan Tarmizi)
Apa yang dimaksudkan oleh Ibnu Mas'ud itu, ialah: setiap orang di antara kita ini ada perasaan-perasaan seperti itu, tetapi perasaan semacam ini akan hilang lenyap dari hati orang yang selalu tawakkal dan tidak membiarkan perasaannya itu tinggal dalam hati.
Sahabat bacaan madani yang dirahmati Allah. Untuk menghilangkan sifat merasa sial pada diri kita. Kita harus hilang sifat buruk sangka kepada Allah maupun kepada makhluknya. Selanjutnta bertawakkallah kepada Allah setelah berusaha sebatas kemampuan dan jangan pernah lupa selalu sabar dan bersyukur kepada Allah Swt. ingat bahwa setiap kejadian itu ada khikmahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.