Riya berasal dari kata “ru’yah” yang artinya melihat. Menurut istilah riya’ adalah ibadah seseorang yang bukan karena Allah, tetapi ia ingin dilihat oleh orang lain. Dalam kata lain, riya’ adalah orang yang beramal atau bekerja dengan mengharapkan pujian orang lain.
Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar dalan kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa riya’ ialah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya (ia ingin memperoleh kemasyhuran dan keuntungan dunia).
Adapun sum’ah adalah orang yang berusaha untuk memperdengarkan ucapan ibadah dan amal saleh kepada orang lain dengan maksud seperti pada riya’ dinamakan sum’ah (ingin didengar).
Riya’ dan sum’ah termasuk sifat tercela, merupakan syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh setiap muslim atau muslimah. Rosulullah bersabda :
Artinya : "Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil, sahabat bertanya “apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah ?” Rasul menjawab “, Riya’ (HR. Ahmad)
Pada Hadis lain Rasulullah SAW Bersabda,
Artinya : Rasulullah SAW bersabda, “Allah Azza Wajalla berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil amalannya : Pergilah kamu kepada semua apa yang kamu jadikan bahan pamer (riya’) di dunia. Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka? (HR. Ahmad dan Baihaki)
Macam-macam Riya’
Menurut Imam Ghazali, sifat riya’ itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagia, yaitu :
1). Riya’ yang berhubungan dengan keduniaan (ibadah ghoiru mahdah)
2). Riya’ yang berhubungan dengan ibadah mahdah
Riya' yang berhubungan dengan keduniaan adalah segala jenis usaha seseorang dengan niat di dalam hatinya mengharapkan kedudukan atau pujian dari orang lain, contohnya : kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemsyarakat. Sedangkan riya’ yang berhubungan dengan ibadah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh seseorang, selain mengharapkan keridoan Allah SWT, ia juga mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain.
Ditinjau dari brntuknya riya’ ada 2 (dua)
1). Riya’ dalam hal niat
2) Riya’ dalam hal perbuatan atau tindakan.
Seorang yang mengatakan bahwa ia ikhlas taat kepada Allah SWT, padahal dalam hati yang sebnarnya tidak demikian, maka yang demikian itu tergolong riya’ dalam niat, sdang riya’ dalam perbuatan seperti orang yang berpakaian mewah dengan maksud agar orang lain memujinya. Riya’ dalam ucapan seperti seringnya memberi nasehat kepada orang lain, mengucapkan kata-kata hikmah, sering bertasbih jika dihadapan orang banyak tapi jika sendirian hanya melamun saja dan hal yang dilakukan itu hanya ingin dilihat orang lain bahwa dia itu seorang yang alim, taat beragama, padahal sesunggunya tidak demikian.
Ukuran riya’ atau tidaknya pekerjaan seseorang itu niat atau getaran hati (qalbu) seseorang, sikap ini hanya dia sendiri yang dapat mengukur dan merasakannya, orang lain tidak dapat mengetahui. Sedang ukuran riya’yang kedua pengaruhnya terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Riya dlam hal urusan dunia (ibadah ghairu mahdah) atau riya’ dalam ibadah (mahdah) banyak diungkapkan dalam Al-Quran, diantaranya :
1). Riya’ dalam Perbuatan.
Seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya karena takut dinilai rendah dihadapan guru atau orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusyuk dan takut disertai harapan mendapat perhatian dalam QS. Al-Ma’un ayat 4 -7
(1). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(2). (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(3). orang-orang yang berbuat riya
(4). dan enggan (menolong dengan) barang berguna
2). Riya dalam Prilaku.
Firman Allah dalam QS. An-Nisa 142
Artinya :"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa 142)
Maksudnya: Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
3). Riya’ dalam Tindakan.
Firman Allah dalan QS. Al-Baqarah ayat 264
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah : 264)
Ciri-ciri Orang yang Berbuat Riya’ atau Sum’ah
1) Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang
2) Amal atau perbuatan baik yang telah ia lakukan sering diungkit-ungkit atau disebut-sebut
3) Beramal atau beribadah hanya sekedar ikut-ikutan, itupun dilakukan apabila sedang berada di tengah-tengah orang banyak.
4) Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin dilihat, diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin didengar orang lain.
5). Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan, sebaliknya semangatnya akan menurun bahkan menyerah apabila dicela orang.
Bahaya atau Kerugian yang Diakibatkan oleh Perbuatan Riya” dan Sum’ah
1) Muncul rasa ketidakpuasan terhadap apa yang telah dikerjakannya
2) Muncul rasa hampa dan gelisah di saat berbuat sesuatu
3) Mrusak nilai kebaikan dan pahala ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4) Mengurangi kepercayaan dan rasa simpati dari orang lain.
5) Menyesal melakukan sesuatu apabila orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar dalan kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa riya’ ialah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya (ia ingin memperoleh kemasyhuran dan keuntungan dunia).
Adapun sum’ah adalah orang yang berusaha untuk memperdengarkan ucapan ibadah dan amal saleh kepada orang lain dengan maksud seperti pada riya’ dinamakan sum’ah (ingin didengar).
Riya’ dan sum’ah termasuk sifat tercela, merupakan syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh setiap muslim atau muslimah. Rosulullah bersabda :
أَخوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيكُمُ الشِركُ الاَصغَرُ فَسُئِلَ عَنهُ فَقَالَ الرِّيَآءُ (رواخ احمد)
Artinya : "Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil, sahabat bertanya “apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah ?” Rasul menjawab “, Riya’ (HR. Ahmad)
Pada Hadis lain Rasulullah SAW Bersabda,
Artinya : Rasulullah SAW bersabda, “Allah Azza Wajalla berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil amalannya : Pergilah kamu kepada semua apa yang kamu jadikan bahan pamer (riya’) di dunia. Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka? (HR. Ahmad dan Baihaki)
Macam-macam Riya’
Menurut Imam Ghazali, sifat riya’ itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagia, yaitu :
1). Riya’ yang berhubungan dengan keduniaan (ibadah ghoiru mahdah)
2). Riya’ yang berhubungan dengan ibadah mahdah
Riya' yang berhubungan dengan keduniaan adalah segala jenis usaha seseorang dengan niat di dalam hatinya mengharapkan kedudukan atau pujian dari orang lain, contohnya : kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemsyarakat. Sedangkan riya’ yang berhubungan dengan ibadah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh seseorang, selain mengharapkan keridoan Allah SWT, ia juga mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain.
Ditinjau dari brntuknya riya’ ada 2 (dua)
1). Riya’ dalam hal niat
2) Riya’ dalam hal perbuatan atau tindakan.
Seorang yang mengatakan bahwa ia ikhlas taat kepada Allah SWT, padahal dalam hati yang sebnarnya tidak demikian, maka yang demikian itu tergolong riya’ dalam niat, sdang riya’ dalam perbuatan seperti orang yang berpakaian mewah dengan maksud agar orang lain memujinya. Riya’ dalam ucapan seperti seringnya memberi nasehat kepada orang lain, mengucapkan kata-kata hikmah, sering bertasbih jika dihadapan orang banyak tapi jika sendirian hanya melamun saja dan hal yang dilakukan itu hanya ingin dilihat orang lain bahwa dia itu seorang yang alim, taat beragama, padahal sesunggunya tidak demikian.
Ukuran riya’ atau tidaknya pekerjaan seseorang itu niat atau getaran hati (qalbu) seseorang, sikap ini hanya dia sendiri yang dapat mengukur dan merasakannya, orang lain tidak dapat mengetahui. Sedang ukuran riya’yang kedua pengaruhnya terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Riya dlam hal urusan dunia (ibadah ghairu mahdah) atau riya’ dalam ibadah (mahdah) banyak diungkapkan dalam Al-Quran, diantaranya :
1). Riya’ dalam Perbuatan.
Seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya karena takut dinilai rendah dihadapan guru atau orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusyuk dan takut disertai harapan mendapat perhatian dalam QS. Al-Ma’un ayat 4 -7
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Artinya :(1). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(2). (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(3). orang-orang yang berbuat riya
(4). dan enggan (menolong dengan) barang berguna
2). Riya dalam Prilaku.
Firman Allah dalam QS. An-Nisa 142
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya :"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa 142)
Maksudnya: Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
3). Riya’ dalam Tindakan.
Firman Allah dalan QS. Al-Baqarah ayat 264
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah : 264)
Ciri-ciri Orang yang Berbuat Riya’ atau Sum’ah
1) Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang
2) Amal atau perbuatan baik yang telah ia lakukan sering diungkit-ungkit atau disebut-sebut
3) Beramal atau beribadah hanya sekedar ikut-ikutan, itupun dilakukan apabila sedang berada di tengah-tengah orang banyak.
4) Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin dilihat, diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin didengar orang lain.
5). Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan, sebaliknya semangatnya akan menurun bahkan menyerah apabila dicela orang.
Bahaya atau Kerugian yang Diakibatkan oleh Perbuatan Riya” dan Sum’ah
1) Muncul rasa ketidakpuasan terhadap apa yang telah dikerjakannya
2) Muncul rasa hampa dan gelisah di saat berbuat sesuatu
3) Mrusak nilai kebaikan dan pahala ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4) Mengurangi kepercayaan dan rasa simpati dari orang lain.
5) Menyesal melakukan sesuatu apabila orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.