Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai sifat orang yang hampir di sisi Allah SWT.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran:134)
Kandungan QS. Ali-Imran:134 menjelaskan ciri-ciri orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain.
Rasulullah Saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana sabdanya:
“Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu“. (H.R. Baihaqi)
Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia.
Rasulullah Saw. bersabda “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”.
Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu mustahil, kecuali Rasulullah Saw. yang ma’sum (senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepadaNya.
Orang yang mulia adalah orang yang suka memafkan. Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
Musa bin Imran a.s, berkata: "Wahai Tuhanku diantara hamba-hamba-Mu, siapakah orang yang paling mulia dalam pandangan-Mu ? "Allah Azza Wajalla menjawab, “ Orang yang memaafkan walaupun ia mampu membalas. “ (HR. Baihaqi)
Apabila seseorang itu memiliki sifat pemaaf sebenarnya itu adalah tanda hatinya bersih dan tenang. Sebenarnya bukanlah mudah untuk menjadi seorang pemaaf. Sikap negatif yang menjadi lawannya yaitu pemarah sentiasa berusaha menidakkan wujudnya sifat pemaaf dalam seseorang. Pertembungan dua unsur ini mewujudkan satu mekanisme yang saling ingin menguasai diri seseorang.
Iman dan takwa menjadi pengemudi melahirkan sifat pemaaf, manakala syaitan pula mengambil tempat mendidik sifat pemarah. Hakikatnya, syaitan sentiasa menggunakan kelemahan manusia untuk digoda dari pelbagai penjuru agar timbul sifat haiwaniah dalam diri manusia.
Memang tepat sifat pemaaf itu bukanlah satu perbuatan mudah dilakukan. Firman Allah Swt yang bermaksud:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.