Imam Muslim meriwayatkan, Dikisahkan pada suatu hari seorang musafir menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Ya Rasulullah saya sangat kelaparan dan Engkaulah orang terbaik yang pernah kudengar"
Selanjutnya Nabi SAW mendatangi seorang Istrinya dan berharap ada makanan yg dapat di berikan oleh musafir tersebut. "Tidak ada apa-apa kecuali hanya air minum", jawab Istrinya. Jawaban serupa beliau peroleh tatkala memasuki rumah istri-istrinya yang lain. Karena tidak ada makanan sedikitpun. Maka Rasulullah menemui para sahabatnya.
Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya "Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, InsyaAllah, akan mendapat Rahmat-Nya".
Kemudian Abu Thalhah maju dan berkata "Ikutlah bersama ku wahai saudaraku, InsyaAllah aku bisa membantumu".
Lelaki tersebut akhirnya dibawa oleh Abu Thalhah kerumahnya, setelah sampai dirumahnya dipersilahkan tamunya untuk masuk. Selanjutnya Abu Thalhah menemui Istrinya dan berkata : "Adakah makanan buat tamu Rasulullah ini?".
"Secuil makanan pun tidak ada, kecuali untuk sekali makan untuk anak kita", jawab Rumaisha binti Milhan atau Ummu Sulaim istri Abu Thalhah.
Abu Thalhah berkata : "Baik lah tidurkan saja anak kita, dan hidangkan makanan itu buat tamu kita".
Kemudian dengan senyum istrinya menemuinya dan menghidangkan sepiring makanan untuk tamunya tersebut. Kemudian Tamunya tersebut berkata : "Aku hanya mau makan, apabila anda ikut makan bersama saya disini".
Abu Thalhah berkata :"Silahkan anda makan disini sedangkan saya akan makan bersama dengan Istri saya didapur". "Baiklah", jawab tamunya tersebut.
Selanjutnya Tamu itu makan dengan lahapnya. Dari tempat duduknya tamu tersebut melihat bayangan Abu Thalhah dan istrinya seperti seolah-oleh sedang makan, dia pun mendengar suara piring dan sendok beradu. Sang Tamu tidak menyadari bahwa Abu Thalhah dan istrinya sedang berpura-pura makan.
Setelah kenyang tamu tersebut hendak pamit, dan setelah mengucapkan terimakasih, tamu tersebut pergi. Tinggallah Abu Thalhah dan Istrinya serta anaknya menahan lapar diperutnya.
".....dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr :9)
Selanjutnya Nabi SAW mendatangi seorang Istrinya dan berharap ada makanan yg dapat di berikan oleh musafir tersebut. "Tidak ada apa-apa kecuali hanya air minum", jawab Istrinya. Jawaban serupa beliau peroleh tatkala memasuki rumah istri-istrinya yang lain. Karena tidak ada makanan sedikitpun. Maka Rasulullah menemui para sahabatnya.
Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya "Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini, InsyaAllah, akan mendapat Rahmat-Nya".
Kemudian Abu Thalhah maju dan berkata "Ikutlah bersama ku wahai saudaraku, InsyaAllah aku bisa membantumu".
Lelaki tersebut akhirnya dibawa oleh Abu Thalhah kerumahnya, setelah sampai dirumahnya dipersilahkan tamunya untuk masuk. Selanjutnya Abu Thalhah menemui Istrinya dan berkata : "Adakah makanan buat tamu Rasulullah ini?".
"Secuil makanan pun tidak ada, kecuali untuk sekali makan untuk anak kita", jawab Rumaisha binti Milhan atau Ummu Sulaim istri Abu Thalhah.
Abu Thalhah berkata : "Baik lah tidurkan saja anak kita, dan hidangkan makanan itu buat tamu kita".
Kemudian dengan senyum istrinya menemuinya dan menghidangkan sepiring makanan untuk tamunya tersebut. Kemudian Tamunya tersebut berkata : "Aku hanya mau makan, apabila anda ikut makan bersama saya disini".
Abu Thalhah berkata :"Silahkan anda makan disini sedangkan saya akan makan bersama dengan Istri saya didapur". "Baiklah", jawab tamunya tersebut.
Selanjutnya Tamu itu makan dengan lahapnya. Dari tempat duduknya tamu tersebut melihat bayangan Abu Thalhah dan istrinya seperti seolah-oleh sedang makan, dia pun mendengar suara piring dan sendok beradu. Sang Tamu tidak menyadari bahwa Abu Thalhah dan istrinya sedang berpura-pura makan.
Setelah kenyang tamu tersebut hendak pamit, dan setelah mengucapkan terimakasih, tamu tersebut pergi. Tinggallah Abu Thalhah dan Istrinya serta anaknya menahan lapar diperutnya.
Keesokan harinya Nabi SAW menyambut Abu Thalhah dengan senyum lebar. "Ketahuilah sahabatku, Allah SWT terpesona dengan pengorbanan kalian sekeluarga, kemudian Rasulullah membaca wahyu yang baru saja turun:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
".....dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr :9)
Subhanallah ..
BalasHapus