Pengertian Taqwa Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab. Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatikan, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Para penerjemah Al- Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.
Makna Taqwa Dalam Al-Quran hanya terdapat 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti takwa mempunyai arti "Taubat", yakni di dalam surat Al Hujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa".
Takwa mempunyai makna "Ketaatan dan ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. Ali Imran : 102).
Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.:
"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari dalil-dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Takwa itu adalah terpeliharanya hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara dari segala kejahatan.
Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti membersihkan diri dari bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu haruslah ditinggalkan. Segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan.
Menentang hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa. Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam di dalam segala ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.
Umar bin Abdul Aziz ra juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”.
Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaankepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at."
Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang, ketika dalam keadaan lapang maupun sempit, miskin atau kaya.
Makna Taqwa Dalam Al-Quran hanya terdapat 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti takwa mempunyai arti "Taubat", yakni di dalam surat Al Hujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa".
Takwa mempunyai makna "Ketaatan dan ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. Ali Imran : 102).
Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.:
"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari dalil-dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Takwa itu adalah terpeliharanya hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara dari segala kejahatan.
Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti membersihkan diri dari bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu haruslah ditinggalkan. Segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan.
Menentang hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa. Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam di dalam segala ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.
Umar bin Abdul Aziz ra juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”.
Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaankepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at."
Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang, ketika dalam keadaan lapang maupun sempit, miskin atau kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.