1. Arsitektur
Kata arsitektur berasal dan bahasa Yunani yaitu architektur yang berasal dari dua suku kata yakni arche dan tektoo. Arche berarti asli, awal, dan otentik. Tektoo bermakna berdiri stabil dan kokoh.
Arsitektur Islam adalah ilmu sekaligus seni merancang bangunan ataupun strukrur lain yang fungsional dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah SWT. Arsitektur Islam itu terdapat antara lain pada bangunan masjid, istana, dan makam/pekuburan.
a. Di Persia (sekarang Iran) pada masa keemasan Dinasti Safawi di kota Isfahan telah dibangun Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syah Lutfullah, Istana Cehil Sutun (bahasa Persia: empat puluh tiang), jembatan Khaju, dan menara-menara goyang. Mengingat indah dan megahnya kota Isfahan, orang-orang Persia (Iran) menyebutnya dengan ungkapan Isfahan Nisfe Jahan (Isfahan kota setengah dunia).
Selain itu, di kota Masyhad (ibukota propinsi Khurasan) terdapat makam Imam Ali Ar-Rida (orang Iran biasa menyebut Imam Reza, Imam ke-8 dalam akidah Syi’ah dua belas Imam). Tidak jauh dari makam Imam Ali Ar-Rida terdapat masjid Imam Reza yang luas megah dan indah dengan arsitekur Islam yang berkualitas tinggi. Kubah masjid ini dihiasi dengan ratusan kilogram emas murni. sehingga menambah kemegahan dan keindahan masjid. Juga di kota tua Qum (150 km dan Teheran) terdapat makam Hazrat Fatimah Ma’sumah saudara kandung Imam Ali Ar-Rida. Kedua makam tersebut tidak pernah sepi dari para peziarah, baik dari wilayah Persia maupun negara tetangga seperti Afganistan, Pakistan, dan Irak.
b. Di India pada masa Kerajaan Mogul telah didirikan bangunan-bangunan yang megah dan indah dengan arsitektur yang mengagumkan. Bangunan-bangunan itu seperti istana megah di Delhi dan Lahore, Masjid Jami di Aunfur (dibangun antara tahun 1438-1478 M, meniru bangunan Dinasti Timurid), Benteng Merah, Char Minar (empat menara) yang dibangun tahun 1591 M, di Hyderabad, India (corak Islam dan Hindu tampak pada bangunan ini) dan bangunan-bangunan makam yang memukau. Termasuk bangunan makam yang menakjubkan dan termasuk salah satu keajaiban dunia ialah Taj Mahal. Pada bangunan makam ini disemayamkan Mumtaz Mahal istri Syah Jehan. Taj Mahal ini terletak di pinggir Sungai Jamuna di Agra dan dibangun oleh Syah Jehan selama dua belas tahun (1631-1643). Untuk melaksanakan pembangunan gedung Sultan Syah Jehan mendatangkan arsitek-arsitek dari Iran, Arab, dan Turki. Sedangkan yang menyiapkan gambar rancangan gedung ini dan sekaligus pengawas dalam pelaksanaan pembangunannya adalah Ustad Isa Irani.
c. Di Turki pada masa keemasan pemerintahan kerajaan Utsman, telah dibangun masjid-masjid dengan gaya arsitektur tinggi dan menawan hati. Masjid-masjid itu seperti Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaeman (pada masa itu merupakan masjid terindah di Turki), Masjid Bayazid, Masjid Abu Ayub Al-Ansari yang terletak di sebelah Masjid Aya Sopia. Masjid-masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi, sehingga menambah keindahan, kemegahan, dan keagungan-Nya.
Masjid Aya Sopia dulunya merupakan sebuah gereja. Kemudian bangunan itu dirombak statusnya menjadi sebuah masjid melalui renovasi dan gambar-gambar makhluk hidup di dindingnya diganti dengan kaligrafi yang menyejukkan hati.
Selain bangunan-bangunan masjid, di Turki telah dibangun pula gedung gedung madrasah, rumah sakit, jembatan, saluran air, tempat peristirahatan, makam, dan pemandian umum. Sedangkan untuk melaksanakan pembangunannya ditangani oleh arsitek terkenal pada masa itu yakni Sinan Pasya.
d. Di Indonesia pada abad pertengahan telah didirikari bangunan-bangunan bergaya arsitektur Islam yakni masjid, istana, dan makam.
Masjid-masjid yang dibangun pada waktu itu, seperti Masjid Agung Demak (tahun 1506 M), Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M), Masjid Agung Kudus (1549 M), Masjid Agung Cirebon (1480 M), Masjid Sultan Abdurrahman di Pontianak Kalimantan Barat (dibangun pada abad ke-18 M), dan Masjid Agung Keraton Buton di Bau Bau Sulawesi Tenggara (tahun 1712 M).
2. Seni Sastra
Seni sastra sebagai bagian dan kebudayaan terdapat pula di berbagai wilayah kerajaan dan wilayah Islam seperti: Turki, Persia, Irak, India, bahkan Indonesia.
Sastrawan-sastrawan Muslim yang hidup di abad pertengahan antara lain :
a. Fariduddin Al-Attär (1119-1230 M)
Beliau lahir di Nisabur, timur laut Persia. Semasa mudanya beliau mengembara ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hejaz, India, dan Asia Tengah. Kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya dan menetap di sana. Beliau menulis puisi dan menyusun petuah-petuah sufi selama 39 tahun. Karya Fariduddin Al-Attar yang sangat terkenal adalah Mantiq At Tair (Musyawarah Burung) sebuah sajak alegori yang mengisahkan pengalaman religius kaum sufi. Buku Mantiq At-Tair ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh J.H. Garcin de Tassy dengan judul Mantiq Uttair, Le Lanage Des Oiseau (tahun 1863 M). Juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Conference of the Birds (1955).
Buku karya Fariduddin Al-Attar lainnya adalah Tazkiratul Auliya. Buku ini disusun dalam bentuk prosa dengan maksud mengenang para sufi pendahulunya (buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku yang lainnya berjudul Pend Namah (Kitab Nasihat) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis.
b. Jalaluddin Ar-Rumi (1207-1273 M)
Jalaluddin Ar-Rumi lahir di Afganistan pada 1207 M dan wafat di Turki tahun 1273 M. Ia adalah keturunan sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a. Ia seorang penyair sufi terbesar pada masanya, yang mendapat gelar Maulana (Tuan Kami). Karya tulis Jalaluddin Ar-Rumi antara lain :
Diwan Syams-i Tabriz, merupakan kumpulan puisi terdiri atas 33.000 bait, yang kesemuanya dalam bentuk gazal sufi.
Masnawi, terdiri dari 6 jilid berisi 26.660 bait yang berisi ”Akar-akar agama dan penemuan kegaiban-kegaiban alam dan pengetahuan ketuhanan” dan buku ini diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Buku ini sudah diterjemahkan dan diberi komentar oleh Renold Alleyne Nicholson selama 25 tahun (1925-1950 M).
c. Sa’adi Syiraz (wafat di Syiraz antara tahun 1291 dan 1295 M)
Sa’adi Syiraz seorang sastrawan Persia yang karya tulisnya berjudul Bustan (Kebun Buah) dan Gulistan (Kebun Bunga). Gulistan ditulis dalam bentuk prosa dan berisi kisah-kisah, kata-kata mutiara, nasihat, renungan pribadi yang berisi selingan puisi berisi anekdot, humor dan nasihat. Bustan (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) berisi kisah-kisah yang indah dan melukiskan nilai-nilai luhur Islam yakni kebenaran, keadilan, kerendahan hati, dan kebebasan. Dalam karya ini Sa’adi menampilkan dirinya sebagai penyair, guru, dan sekaligus sebagai moralis.
d. Fuzuli (wafat sekitar tahun 1556 M)
Fuzuli termasuk penyair terkenal dalam sejarah sastra Islam. Salah satu karyanya yang terkenal berbentuk puisi yang berjudul Shikeyetname (Pengaduan). Fuzuli bertempat tinggal di Irak.
Keadaan seni sastra di Indonesia pada abad pertengahan dapat diketahui dengan munculnya para sastrawan Muslim, seperti di Sumatera: Hamzah Fansuri (akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17), Syamsudin Pasai (1630 M), dan Nuruddin Ar-Raniri (wafat 1658 M). Di Jawa seperti Sunan Kalijaga (wafat akhir abad ke-16), Ki Ageng Selo, Sunan Panggung, dan Sunan Bonang. Karya-karya mereka pada umumnya berisi nasihat-nasihat agama.
Perhatikan karya Sunan Bonang berikut :
“Jangan terlalu jauh mencari keindahan. Keindahan berada di dalam diri seluruh jagad raya terbentang dalam dirimu. Jadikan dirimu cinta (isyq). Maka kau akan dapat memahami dunia.”
Selain seni bangunan (arsitektur) dan seni sastra pada abad pertengahan, masih juga terdapat di beberapa wilayah Islam berbagai macam seni lainnya, seperti seni musik, seni suara, seni lukis, seni pahat, seni tari, dan seni kaligrafi.
Kata arsitektur berasal dan bahasa Yunani yaitu architektur yang berasal dari dua suku kata yakni arche dan tektoo. Arche berarti asli, awal, dan otentik. Tektoo bermakna berdiri stabil dan kokoh.
Arsitektur Islam adalah ilmu sekaligus seni merancang bangunan ataupun strukrur lain yang fungsional dan dirancang berdasarkan kaidah estetika Islam yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah SWT. Arsitektur Islam itu terdapat antara lain pada bangunan masjid, istana, dan makam/pekuburan.
a. Di Persia (sekarang Iran) pada masa keemasan Dinasti Safawi di kota Isfahan telah dibangun Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syah Lutfullah, Istana Cehil Sutun (bahasa Persia: empat puluh tiang), jembatan Khaju, dan menara-menara goyang. Mengingat indah dan megahnya kota Isfahan, orang-orang Persia (Iran) menyebutnya dengan ungkapan Isfahan Nisfe Jahan (Isfahan kota setengah dunia).
Selain itu, di kota Masyhad (ibukota propinsi Khurasan) terdapat makam Imam Ali Ar-Rida (orang Iran biasa menyebut Imam Reza, Imam ke-8 dalam akidah Syi’ah dua belas Imam). Tidak jauh dari makam Imam Ali Ar-Rida terdapat masjid Imam Reza yang luas megah dan indah dengan arsitekur Islam yang berkualitas tinggi. Kubah masjid ini dihiasi dengan ratusan kilogram emas murni. sehingga menambah kemegahan dan keindahan masjid. Juga di kota tua Qum (150 km dan Teheran) terdapat makam Hazrat Fatimah Ma’sumah saudara kandung Imam Ali Ar-Rida. Kedua makam tersebut tidak pernah sepi dari para peziarah, baik dari wilayah Persia maupun negara tetangga seperti Afganistan, Pakistan, dan Irak.
b. Di India pada masa Kerajaan Mogul telah didirikan bangunan-bangunan yang megah dan indah dengan arsitektur yang mengagumkan. Bangunan-bangunan itu seperti istana megah di Delhi dan Lahore, Masjid Jami di Aunfur (dibangun antara tahun 1438-1478 M, meniru bangunan Dinasti Timurid), Benteng Merah, Char Minar (empat menara) yang dibangun tahun 1591 M, di Hyderabad, India (corak Islam dan Hindu tampak pada bangunan ini) dan bangunan-bangunan makam yang memukau. Termasuk bangunan makam yang menakjubkan dan termasuk salah satu keajaiban dunia ialah Taj Mahal. Pada bangunan makam ini disemayamkan Mumtaz Mahal istri Syah Jehan. Taj Mahal ini terletak di pinggir Sungai Jamuna di Agra dan dibangun oleh Syah Jehan selama dua belas tahun (1631-1643). Untuk melaksanakan pembangunan gedung Sultan Syah Jehan mendatangkan arsitek-arsitek dari Iran, Arab, dan Turki. Sedangkan yang menyiapkan gambar rancangan gedung ini dan sekaligus pengawas dalam pelaksanaan pembangunannya adalah Ustad Isa Irani.
c. Di Turki pada masa keemasan pemerintahan kerajaan Utsman, telah dibangun masjid-masjid dengan gaya arsitektur tinggi dan menawan hati. Masjid-masjid itu seperti Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaeman (pada masa itu merupakan masjid terindah di Turki), Masjid Bayazid, Masjid Abu Ayub Al-Ansari yang terletak di sebelah Masjid Aya Sopia. Masjid-masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi, sehingga menambah keindahan, kemegahan, dan keagungan-Nya.
Masjid Aya Sopia dulunya merupakan sebuah gereja. Kemudian bangunan itu dirombak statusnya menjadi sebuah masjid melalui renovasi dan gambar-gambar makhluk hidup di dindingnya diganti dengan kaligrafi yang menyejukkan hati.
Selain bangunan-bangunan masjid, di Turki telah dibangun pula gedung gedung madrasah, rumah sakit, jembatan, saluran air, tempat peristirahatan, makam, dan pemandian umum. Sedangkan untuk melaksanakan pembangunannya ditangani oleh arsitek terkenal pada masa itu yakni Sinan Pasya.
d. Di Indonesia pada abad pertengahan telah didirikari bangunan-bangunan bergaya arsitektur Islam yakni masjid, istana, dan makam.
Masjid-masjid yang dibangun pada waktu itu, seperti Masjid Agung Demak (tahun 1506 M), Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M), Masjid Agung Kudus (1549 M), Masjid Agung Cirebon (1480 M), Masjid Sultan Abdurrahman di Pontianak Kalimantan Barat (dibangun pada abad ke-18 M), dan Masjid Agung Keraton Buton di Bau Bau Sulawesi Tenggara (tahun 1712 M).
2. Seni Sastra
Seni sastra sebagai bagian dan kebudayaan terdapat pula di berbagai wilayah kerajaan dan wilayah Islam seperti: Turki, Persia, Irak, India, bahkan Indonesia.
Sastrawan-sastrawan Muslim yang hidup di abad pertengahan antara lain :
a. Fariduddin Al-Attär (1119-1230 M)
Beliau lahir di Nisabur, timur laut Persia. Semasa mudanya beliau mengembara ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hejaz, India, dan Asia Tengah. Kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya dan menetap di sana. Beliau menulis puisi dan menyusun petuah-petuah sufi selama 39 tahun. Karya Fariduddin Al-Attar yang sangat terkenal adalah Mantiq At Tair (Musyawarah Burung) sebuah sajak alegori yang mengisahkan pengalaman religius kaum sufi. Buku Mantiq At-Tair ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh J.H. Garcin de Tassy dengan judul Mantiq Uttair, Le Lanage Des Oiseau (tahun 1863 M). Juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Conference of the Birds (1955).
Buku karya Fariduddin Al-Attar lainnya adalah Tazkiratul Auliya. Buku ini disusun dalam bentuk prosa dengan maksud mengenang para sufi pendahulunya (buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku yang lainnya berjudul Pend Namah (Kitab Nasihat) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis.
b. Jalaluddin Ar-Rumi (1207-1273 M)
Jalaluddin Ar-Rumi lahir di Afganistan pada 1207 M dan wafat di Turki tahun 1273 M. Ia adalah keturunan sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a. Ia seorang penyair sufi terbesar pada masanya, yang mendapat gelar Maulana (Tuan Kami). Karya tulis Jalaluddin Ar-Rumi antara lain :
Diwan Syams-i Tabriz, merupakan kumpulan puisi terdiri atas 33.000 bait, yang kesemuanya dalam bentuk gazal sufi.
Masnawi, terdiri dari 6 jilid berisi 26.660 bait yang berisi ”Akar-akar agama dan penemuan kegaiban-kegaiban alam dan pengetahuan ketuhanan” dan buku ini diselesaikan dalam waktu 10 tahun. Buku ini sudah diterjemahkan dan diberi komentar oleh Renold Alleyne Nicholson selama 25 tahun (1925-1950 M).
c. Sa’adi Syiraz (wafat di Syiraz antara tahun 1291 dan 1295 M)
Sa’adi Syiraz seorang sastrawan Persia yang karya tulisnya berjudul Bustan (Kebun Buah) dan Gulistan (Kebun Bunga). Gulistan ditulis dalam bentuk prosa dan berisi kisah-kisah, kata-kata mutiara, nasihat, renungan pribadi yang berisi selingan puisi berisi anekdot, humor dan nasihat. Bustan (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) berisi kisah-kisah yang indah dan melukiskan nilai-nilai luhur Islam yakni kebenaran, keadilan, kerendahan hati, dan kebebasan. Dalam karya ini Sa’adi menampilkan dirinya sebagai penyair, guru, dan sekaligus sebagai moralis.
d. Fuzuli (wafat sekitar tahun 1556 M)
Fuzuli termasuk penyair terkenal dalam sejarah sastra Islam. Salah satu karyanya yang terkenal berbentuk puisi yang berjudul Shikeyetname (Pengaduan). Fuzuli bertempat tinggal di Irak.
Keadaan seni sastra di Indonesia pada abad pertengahan dapat diketahui dengan munculnya para sastrawan Muslim, seperti di Sumatera: Hamzah Fansuri (akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17), Syamsudin Pasai (1630 M), dan Nuruddin Ar-Raniri (wafat 1658 M). Di Jawa seperti Sunan Kalijaga (wafat akhir abad ke-16), Ki Ageng Selo, Sunan Panggung, dan Sunan Bonang. Karya-karya mereka pada umumnya berisi nasihat-nasihat agama.
Perhatikan karya Sunan Bonang berikut :
“Jangan terlalu jauh mencari keindahan. Keindahan berada di dalam diri seluruh jagad raya terbentang dalam dirimu. Jadikan dirimu cinta (isyq). Maka kau akan dapat memahami dunia.”
Selain seni bangunan (arsitektur) dan seni sastra pada abad pertengahan, masih juga terdapat di beberapa wilayah Islam berbagai macam seni lainnya, seperti seni musik, seni suara, seni lukis, seni pahat, seni tari, dan seni kaligrafi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.