Kematian adalah termasuk ketentuan Allah swt terhadap hambanya. Dan satupun tidak ada yang mengetahui kapan, dimana, waktu dan tempatnya ajal menemuinya. Kematian ini termasuk rahasia Allah yang tidak bisa dimundurkan dan dimajukan walaupun barang sesaat. Kalau sudah tiba waktunya, kita tidak bisa mengelak dari ajal.
Orang yang sudah mati akan berbeda alam dengan orang masih hidup, mereka akan ditempatkan dialam barzakh atau alam kubur, sedangkan yang masih hidup masih dunia yang nyata ini. Orang yang ada di alam kubur tidak ada lagi kewajiban bagi mereka untuk beribadah. Sebab kewajiban beribadah itu hanya sebatas waktu hidup didunia. Yang menjadi persoalan, apakah orang yang sudah di alam barzakh masih bisa mendengar atau tidak bisa mendengar sama sekali? Orang yang sudah mati secara kasat mata mereka sudah mati segala-galanya, baik rasa, pendengaran maupun penglihatan.
Akan tetapi mereka bukan berarti tidak bisa mendengar, mereka tetap selalu mendengar. menurut ibnu Taimiyah, orang yang sudah meninggal secara umum masih bisa mendengar, cuman tidak bisa menjawab. Bahkan kita umat Islam apabila ziarah kubur, kita di anjurkan untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur.
Orang yang sudah mati (Ahlulkubur) hidup didalam alam barzakh dan menjawab salam kita dan mendengar ucapan kita, sebagaimana banyak sekali hadits shahih yg menjelaskan bahwa mereka mendengar, namun kita tak mendengar mereka. Kalaupun terjadi maka itu sesungguhnya kehendak Allah semata. Ziarah kubur merupakan suatu bentuk silaturahmi juga.
Hadits Buraidah bin Hushaib , Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, ‘Aisyah bertanya: “Apa yang aku ucapkan untuk penduduk kubur? Rasulullah berkata: “Ucapkanlah: “Assalamu’alaikum wahai penduduk kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang mendahului kami ataupun yang akan datang kemudian. Dan kami Insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim hadits no. 974)
Prinsip ziarah kubur adalah untuk mengingat kematian, mendoakan ahlulkubur (memohonkan ampunan kepada Allah bagi ahlulkubur) . Sebagian muslim menyangsikan doa atau hadiah pahala akan sampai bermanfaat untuk ahlul kubur karena bersandar kepada hadits Rasulullah Saw,
“Apabila manusia telah mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali tiga; kecuali dari shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at atau anak shaleh yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
Hadist itu menguraikan bahwa terputus amal dari dirinya artinya ketika di alam kubur tidak ada lagi yang bisa diperbuat atau dikoreksi kecuali menunggu/mendapatkan amal dari tiga perkara itu termasuk doa atau hadiah pahala dari muslim lainnya yang merupakan hasil menjalin silaturahmi atau amal kebaikan pada sesama manusia yang dilakukan oleh ahlul kubur ketika mereka di alam dunia.
Dalam ziarah kubur tidak diperkenankan meminta pertolongan kepada ahlulkubur karena mereka tidak ada lagi kewajiban di alam dunia. Begitu pula kekeliruan besar bagi mereka yang menyembah kuburan.
Dalil-dalil bahwa orang yang sudah mati (ahlulkubur) dapat mendengar.
“Ia mendengar suara langkah sandal mereka pergi meninggalkan kuburnya” (H.R Bukhari dan Muslim).
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup*), tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah : 154 )
Abu Thalhah ra berkata:
"Ketika selesai perang Badr, Nabi Saw menyuruh supaya melemparkan dua puluh empat tokoh-tokoh quraisy dalam salah satu perigi (sumur) di Badr yang sudah rusak.
Dan biasa Nabi Saw jika menang pada suatu peperangan maka Beliau tinggal di lapangan selama tiga hari, dan pada hari ketiga seusai perang Badr itu, Nabi Saw menyuruh mempersiapkan kendaraannya, dan ketika sudah selesai beliau berjalan dan diikuti oleh sahabatnya, yang mana mereka mengira nabi akan berhajat.
Tiba-tiba beliau berdiri di tepi perigi lalu memanggil nama-nama tokoh-tokoh Quraisy itu: "Ya Fulan bin Fulan, ya Fulan bin Fulan apakah kalian suka sekiranya kalian taat kepada Allah dan Rasulullah, sebab kami telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhan kami itu benar, apakah kalian juga merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar".
Maka ditegur oleh Umar, "Ya Rasulullah, mengapakah engkau bicara dengan jasad yang tidak ber-ruh (bernyawa) ?", Jawab Nabi Saw : "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar terhadap suaraku ini dari mereka. Mereka bisa mendengar percakapan kita hanya saja mereka tidak dapat menjawab". (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.