Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa seorang ibu yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya, datang menghadap Rasulullah Saw. si ibu mengadu kepada Rasulullah saw. mengenai ucapan suaminya menjelang maut. Ucapan ini sungguh mencengangkannya dan dia sendiripun tidak tahu apa maksudnya, sebab sang suami tidak menjelaskannya. Ingin rasanya dia bertanya pada suaminya, namun apa daya suaminya pun langsung menghembuskan nafas terakhirnya.
Ucapan suaminya inilah yang ditanya sang ibu kepada baginda Rasulullah Saw. “Ya Rasulullah!” ketika suamiku hendak menghembuskan nafas terakhirnya, ketika dia berada diatas pangkuanku, suamiku berkata : Andaikan.......!!!! Andaikan.......!!!! Andaikan.......!!!! Kata-kata ‘Andaikan’ ini, di ucapkan suami saya ini sebanayak tiga kali. “Apa maksud ucapan suami saya ini ya Rasulullah? Jangan-jangan ada kesalahan saya yang sifatnya fatal kepada suami saya, di mana suami saya tak dapat memaafkannya, sehingga dia berucap seperti itu. Ataukah ada keinginan suami saya yang belum kesampaian, sehingga biarlah saya yang akan memenuhinya. Ataukah ada makna lain. Mohon penjelasan darimu, ya Rasulullah.”
Lalu Rasulullah saw. berkata kepada si ibu. “Wahai ibu! Masih ingatkah anda, ketika suamimu pergi ke mesjid melaksanakan shalat Jum’at berjamah. Ketika itu suamimu bertemu dengan seorang yang buta di jalan, yang hendak berjalan ke masjid melaksanakan shalat yang sama dengan suamimu. Ketika itu suamimu menuntun orang buta pergi kemasjid, sehingga orang buta itu dapat melaksanakan shalat Jum’at. Pahala dari menuntun inilah yang diperlihatkan oleh Allah Swt. kepada suamimu ketika hendak menghadap khaliq-Nya. Sungguh besar pahala yang didapatkan suamimu saat itu, sehingga dia berujar, ‘Andaikan lebih jauh lagi.’ Artinya, jika suamimu lebih jauh lagi menuntun orang buta tersebut, tentu pahalanya akan lebih besar lagi dari Allah Swt."
Andaikan yang kedua, yang di ucapkan suamimu. Masih ingatkah Anda, ketika suamimu bepergian. Waktu itu hujan turun. Di rumahmu ada dua buah pelindung hujan (mantel), satu yang lama dan satu lagi yang masih baru. Saat itu engkau ambilkan mantel yang lam, engkau pakaikan kepada suamimu. Suamimu pun pergi, tetapi ditengah jalan dia bertemu dengan seseorang yang kedinginan dan hampir mati karena kedinginan. Lalu suamimu memakaikan mantel itu kepada yang kedinginan tersebut, sehingga dia terhindar dari mara bahaya.
Wahai ibu! Pahala dari mantel lama yang dipakaikan suamimu kepada orang yang kedinginan itulah yang sekarang diperlihatkan Allah swt. kepada suamimu. Pahalanya cukup besar diberkan Allah dan diperlihatkan kepada suamimu. Suamimu berharap, sekiranya dia memberikan yang baru, tentu akan lebih besasr lagi pahalanya diberikan dan diperlipatkan Allah kepadanya. Sehingga dengan demikianlah, maka suamimu berkata, “Andaikan yang baru yang saya berikan, tentu pahalanya akan lebih besar lagi di sisi Allah swt."
Andaikan yang ketiga, diucapkan oleh suamimu. Masih ingatkah anda! Ketika suamimu sedang kelapran. Saat itu anda dan suamimu berada dirumah. Engkau berikan dia sepotong roti, karena hanya itu makanan yang tersedia. Ketika suamimu hendak memakannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Suamimu batal memakannya dan dia bukakan pintu. Ternyata di luar adalah seorang musafir yang sedang kelaparan, minta bantuan makanan dari suamimu.
Ingatkah anda! Ketika itu suamimu menyerahkan separo dari roti itu untuk peminta-minta dan separonya lagi dia makan. Wahai ibu! Pahala sedekah dari sepotong roti itulah yang diperlihatkan oleh Allah swt. kepada suamimu. Betapa besarnya pahala itu diganjar oleh Allah swt. untuk suamimu. Namun demikian, suamimu berpikir sambil berucap, “Andaikan seluruh roti itu saya serahkan kepada peminta-minta, tentu pahalanya akan lebih besar lagi diberikan Allah swt. kepadaku.”
Demikianlah sahabat bacaan madani besarnya pahala yang diberikan Allah swt. kepada hamba-hambanya yang dengan ikhlas membantu orang lain yang kesusahan, memberikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan, atau membelanjakan hartanya itu dijalan Allah. Sesuai dengan firman Allah swt. dalam Al-Qur’an,
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 261-262)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.