Secara bahasa iddah berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa menunggu bagi seorang wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk dibolehkan menikah dengan laki-laki lain. Tujuan iddah antara lain untuk melihat perkembangan, apakah isteri yang bercerai itu hamil atau tidak. Kalau ternyata hamil, maka anak yang dikandungnya berarti anak suami yang baru bercerai atau ditinggal mati suaminya. Bagi suami yang mempunyai hak rujuk, masa iddah merupakan masa untuk berpikir ulang apakah ia akan kembali (rujuk) pada isterinya atau mau meneruskan perceraiannya.
Adapun lama masa iddah adalah sebagai berikut.
1. Iddah karena suami wafat.
a. Bagi Wanita yang tidak sedanga hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang wafat atau belum, masa iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah swt dalam Al-Qur’an
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (QS Al-Baqarah :234)
b. Bagi wanita yang sedang hamil, masa iddahnya adalah sampai melahirkan. Ketentuan ini berdasarkan Al-Qur’an
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.(QS At-Thalaq : 4)
2. Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’
a. Bagi wanita belum campur dengan suaminya yang baru saja bercerai dengannya, tidak ada masa iddah. Ketentuan ini berdasarkan ayat Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”.(QS Al-Ahzab : 49)
b. Bagi wanita yang sudah dicampur, masa iddahnya adalah :
1) Bagi yang mash mengalami menstruasi, masa iddahnya ialah tiga kali suci. Ketentuan ini berdasarkan ayat Al-Qur’an
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'[142]. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS Al-Baqarah : 228)
2) Bagi wanita yang tidak mengalami menstruasi, misalnya karena usia tua (monopause), masa iddahnya tiga bulan. Berdasarkan Al-Qur’an
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.(QS At-Thalaq : 4)
3) Bagi wanita yang sedang mengandung, masa iddahnya ialah sampai melahirkan kandungannya. Ketentuan ini berdasarkan ayat Al-Qur’an
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS At-Thalaq : 4)
3. Hak Perempuan Dalam Masa Iddah.
a. Perempuan yang taat dalam iddah raj'iyyah (dapat rujuk) berhak mendapat dari suami yang mentalaknya: tempat tinggal, pakaian, uang belanja. Sedang wanita yang durhaka tidak berhak menerima apa-apa.
b. Wanita dalam iddah bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak atas tempat tinggal saja. (Lihat QS. At-Talaq : 6)
c. Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan anaknya berhak mendapat harta warits suaminya.
d. Wanita yang sedang hamil walaupun berada dalam masa iddah talak ba’in, tetap berhak memperoleh belanja, pakaian, dan tempat tinggal dari bekas suaminya. Ketentuan ini berdasarkan A-Qur’an Surat At-Thalaq :6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.