Siapa orang tua yang tidak ingin anaknya menjadi anak shaleh dan shalehah? pastinya semua orang tua pasti menginginkan itu. keinginan seperti itu tidak cukup dengan do'a saja. Tetapi orang tua juga harus berperan penting dalam pendidikan anak, sebab orang tua adalah pendidik utama dan pertama, bukan guru disekolah. Anak menjadi shaleh dan shalehah tidak lepas dari pendidikan yang ditanamkan dari mulai dalam kandungan. bahkan mulai dari pencarian jodoh, seperti dalam hadits Rasulullah saw yang artinya :
"Nikahilah wanita itu karena empat kriteria : karena hartanya, karena turunannya baik, kerena kecantikannya, karena agamanya baik. Beruntunglah kamu yang memilih agamanya. Dengan demikian, kamu akan bahagia." (HR Bukhari dan Muslim)
Seterusnya sampai melakukan hubungan biologis antara suami istri seperti yang di contohkan Rasulullah saw, memberikan petunjuk do'a ketika akan melakukan hubungan biologis antara suami isteri yang artinya :
"Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari karunia (anak) yang engkau berikan kepada kami".
Demikian juga petuah orang-orang tua kita di Jawa yaitu bibit, bobot, dan bebet. Dengan demikian inilah kiat-kiat mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh dan shalehah.
1. Mendidik Anak Dilakukan Sejak Dalam Kandungan Ibu.
Ahmad Tafsir mengatakan bahwa gangguan emosi pada ibu dapat mempengaruhi perkembangan jiwa kandungannya. Istri yang sedang hamil berkewajiban memelihara kandungannya, antara lain dengan memakan-makanan yang bergizi, menjaga emosi dari persaan sedih yang berlarut-larut atau marah berlebihan, menjauhi minuman keras, merokok dan berbagai makanan dan minuman yang diharamkan Allah swt. Selanjutnya suami dan istri yang hamil juga hendaknya banyak berdo’a kepada Allah swt. semoga dikarunia anak yang shaleh dan shalehah. Suami dan isteri juga harus banyak beribadah, termasuk ibadah yang sunnah.
2. Memberi Makanan Dengan Makanan yang Halal dan Bergizi agar Perkembangan Otaknya Baik.
Memberikan makanan yang halal mulai dari kandungan sampai dilahirkan. Bukan hanya anak tetapi ibunya juga demikian.
3. Mendidik Anak Ketika Baru Dilahirkan.
Memberikan pendidikan ketika baru lahir, seperti mengazani pada telinganya sebelah kanan untuk anak laki-laki dan mengqamati pada telinga sebelah kiri untuk anak perempuan. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW, yang artinya:
“Aku pernah melihat Rasulullah mengazani Hasan bin Ali pada telinga kanannya sesaat sesudah Fatimah melahirkan.”(HR Abu Dawud)
Menurut Ibnu Qayyim, kegunaan azan dan iqamat pada kelahiran bayi adalah agar ia merasakan getaran-getaran yang pertamadidengarnya yaitu kalimat Tauhid yang mengandung kebesaran Allah dan kesaksian pertama masuk Islam.
Selain azan dan iqamat, sejalan dengan perkembangan sianak alangkah bagusnya kita perdengarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an dan lagu-lagu Islami. Apalagi menjelang anak tidur di bacakan bacaan-bacaan Al-Qur’an bukan dengan nyanyian-nyanyian yang tidak Islami.
4. Menyusui Langsung si Anak
Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Para ibu hendaknya menyusukan anak anak nya selama dua tahun”. (Q.S Al-Baqarah:233)
Apabila ibu menyusui anaknya secara langsung, bukan sedikit manfaat yang didapatkan disamping mendidik anak. Seterusnya sang ibu juga menyusui bayinya, karena mempunyai dampak posotif terhadap perkembangan anak, baik fisik maupun mentalnya. Dilihat dari perkembangan fisik, susu ibu lebih baik daripada susu buatan atau susu hewan. Akan tetapi dilihat dari segi kejiwaan, air susu ibu kandung itulah yang lebih baikuntuk perkembangan jiwa anak. Tatkala ibu menyusui anaknya sebenarnya ia sedang mencurahkan kasihnya kepada anaknya.
5. Mendidik Anak Pada Usia Balita.
Mendidik anak dengan sentuhan lembut, bukan dengan cara kekerasan, mengajak anak ke tempat ibadah, memberikan contoh-contoh yang baik. Jangan sekali-kali orang tua memberikan contoh yang buruk termasuk mengeluarkan kata-kata kotor. Sebab anak seusia ini, paling suka mencontoh kehidupan di sekitarnya. Di usia ini juga tidak masalah anak di “paksa” untuk melakukan suatu ibadah. Sebab melalui sistem yang ditetapkan, si anak akan beribadah, baik dengan kesadaran sendiri maupun tidak karena harus mengikuti aturan yang ada. Setelah sekian lama di “paksa” anak akan masuk ketahap “terpaksa” melakukannya.
6. Mendidik Anak Pada Usia Remaja.
Di usia balita anak di “paksa” untuk melakukan ibadah dan lama-lama terpaksa. Nah di usia remaja ini anak sudah bisa melaksanakan ibadah karena sudah “dipaksa” dan “terpaksa” waktu balita, dan lama-lama sudah biasa tanpa harus ada di “paksa” dan ter”paksa”. Setelah anak bisa, lama-lama terbiasa dengan ibadah tersebut. Kelak anak di usia dewasa ibadah yang terbiasa selama ini akan menjadi budaya atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Di usia ini juga anak di didik dengan tata cara hidup dan bergaul dengan lingkungannya. Tanamkan nilai-nilai keimanan yang kuat Sebab anak di usia ini sudah mengenal lawan jenisnya.
7. Mendidik Anak Pada Usia Dewasa.
Di usia ini anak di didik tentang kebaikan, kebijaksanaan dan mendidiknya untuk memberikan sumbangan hidupnya untuk agama, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.