a. Masa Nabi Nuh As.
Kemusyrikan baru muncul pada masa Nabi Nuh. Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah 10 generasi. Pada masa Nabi Nuh terjadilah penyembahan terhadap berhala yang bernama: Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Nabi Nuh berdakwah untuk mengembalikan kaumnya ke jalur Tauhid, namun mereka menolak dan akhirnya mereka ditenggelamkan oleh air bah. Firman Allah Swt:
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhantuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.” (QS. Nuh: 23-24).
b. Masa Nabi Ibrahim As.
Kesyirikan muncul kembali pada masa Nabi Ibrahim. Beliau berusaha untuk membimbing kaumnya untuk kembali menyembah kepada Allah Swt setelah kaumnya menyembah berhala, tapi mereka menolaknya. Allah Swt berfirman :
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya “Azar” apakah kamu menjadikan berhala berhala sebagai tuhan tuhan. sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS.al-An’am : 74).
c. Masa Nabi Yusuf As.
Pada masa Nabi Yusuf, negeri Mesir diperintah oleh seorang raja yang menurut ahli sejarah dari kaum ‘Amaliqah yaitu kabilah dari Arab yang sangat kuno dan sudah punah (al-‘Arab al-Ba’idah). Pada saat itu penyembahan terhadap berhala cukup marak. Hal itu bisa dilihat dari ayat di bawah ini :
“Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri. Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf : 38-40).
d. Masa Nabi Hud As.
Pada masa Nabi Hud As, penyimpangan akidah berupa perbuatan syirik kembali menjadi anutan kaumnya. Nabi Hud As, diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaumnya. Tapi mereka tak bergeming sedikitpun. Firman Allah Swt:
“Kaum ‘Aad berkata : “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali kali tidak akan meninggalkan sembahan sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali kali tidak akan mempercayai kamu.” (QS. Hud : 53)
e. Masa Nabi Shaleh As.
Pada masa Nabi Saleh, syirik telah merajalela pada kaumnya. Namun mereka juga tidak mempedulikan ajakan nabi mereka, sebagaimana tercermin pada ayat dibawah ini :
“Kaum Tsamud berkata : “Hai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang diantara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.”. (QS.Hud: 62)
f. Masa Nabi Musa a.s.
Pada masa Nabi Musa ketika masih berada di Mesir, dia harus berhadapan dengan seorang penguasa bengis, dan diktator yang dijuluki Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai tuhan. hal ini bisa terungkap dalam Firman Allah Swt:
“Dan berkata Fir’aun : “ hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar benar yakin bahwa dia temasuk orang orang pendusta”. (QS. al-Qaṣaṣ : 38)
"Maka dia (Fir’aun) berkata: akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. an-Nazi’at : 24)
Nabi Musa juga mendapati kaumnya, Bani Israil menyembah anak sapi. Hal itu bisa dilihat pada firman Allah Swt:
"Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata : “Inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”. (QS.Ṭaha : 88)
Dalam masalah ketuhanan, kaum Yahudi mempercayai bahwa Allah mempunyai anak yakni Uzair dan kaum Nasrani meyakini Isa Al-Masih adalah putra Allah,
"Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah." (QS. at-Taubah : 30)
g. Masa Nabi Sulaiman a.s.
Pada masa Nabi Sulaiman, masyarakat negeri Saba’ menyembah matahari. Nabi Sulaiman mengajak pada ajaran tauhid dan akhirnya melalui ratu Bilqis seluruh rakyat dapat menerima ajaran tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt:
"Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. an-Naml : 24)
h. Masa Nabi Isa a.s.
Pada masa Nabi Isa, kembali kemusyrikan muncul dan bahkan merajalela, yaitu adanya keyakinan banyak orang dari Bani Israil bahwa Nabi Isa adalah anak Allah (ibnullah), atau salah satu dari tiga unsur yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Quds (Malaikat Jibril) (salis salasah), atau Nabi Isa itulah Allah Swt. Ada sebagian pengikut Nabi Isa yang masih bertahan dengan ketauhidan yaitu pengikut pendeta Arius. Namun ajaran ini akhirnya diharamkan untuk disebarkan. Ayat-ayat di bawah ini menunjukkan tentang hal tersebut :
"Dan umat Nasrani berkata : al-Masih (Isa ) adalah anak Allah." (QS. at-Taubah : 30)
"Dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa” (QS.an-Nisa': 171)
"Sungguh, telah kafir orang orang yang berkata : sesungguhnya Allah adalah al-Masih (Isa) bin Maryam.” (QS. al-Maidah : 17)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang penyimpangan akidah umat umat terdahulu. Sumber buku Siswa Kelas X MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kemusyrikan baru muncul pada masa Nabi Nuh. Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah 10 generasi. Pada masa Nabi Nuh terjadilah penyembahan terhadap berhala yang bernama: Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Nabi Nuh berdakwah untuk mengembalikan kaumnya ke jalur Tauhid, namun mereka menolak dan akhirnya mereka ditenggelamkan oleh air bah. Firman Allah Swt:
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا . وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhantuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.” (QS. Nuh: 23-24).
b. Masa Nabi Ibrahim As.
Kesyirikan muncul kembali pada masa Nabi Ibrahim. Beliau berusaha untuk membimbing kaumnya untuk kembali menyembah kepada Allah Swt setelah kaumnya menyembah berhala, tapi mereka menolaknya. Allah Swt berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya “Azar” apakah kamu menjadikan berhala berhala sebagai tuhan tuhan. sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS.al-An’am : 74).
c. Masa Nabi Yusuf As.
Pada masa Nabi Yusuf, negeri Mesir diperintah oleh seorang raja yang menurut ahli sejarah dari kaum ‘Amaliqah yaitu kabilah dari Arab yang sangat kuno dan sudah punah (al-‘Arab al-Ba’idah). Pada saat itu penyembahan terhadap berhala cukup marak. Hal itu bisa dilihat dari ayat di bawah ini :
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ . يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri. Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf : 38-40).
d. Masa Nabi Hud As.
Pada masa Nabi Hud As, penyimpangan akidah berupa perbuatan syirik kembali menjadi anutan kaumnya. Nabi Hud As, diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaumnya. Tapi mereka tak bergeming sedikitpun. Firman Allah Swt:
قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
“Kaum ‘Aad berkata : “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali kali tidak akan meninggalkan sembahan sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali kali tidak akan mempercayai kamu.” (QS. Hud : 53)
e. Masa Nabi Shaleh As.
Pada masa Nabi Saleh, syirik telah merajalela pada kaumnya. Namun mereka juga tidak mempedulikan ajakan nabi mereka, sebagaimana tercermin pada ayat dibawah ini :
قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَا ۖ أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
“Kaum Tsamud berkata : “Hai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang diantara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.”. (QS.Hud: 62)
f. Masa Nabi Musa a.s.
Pada masa Nabi Musa ketika masih berada di Mesir, dia harus berhadapan dengan seorang penguasa bengis, dan diktator yang dijuluki Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai tuhan. hal ini bisa terungkap dalam Firman Allah Swt:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun : “ hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar benar yakin bahwa dia temasuk orang orang pendusta”. (QS. al-Qaṣaṣ : 38)
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
"Maka dia (Fir’aun) berkata: akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. an-Nazi’at : 24)
Nabi Musa juga mendapati kaumnya, Bani Israil menyembah anak sapi. Hal itu bisa dilihat pada firman Allah Swt:
فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَٰذَا إِلَٰهُكُمْ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ
"Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata : “Inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”. (QS.Ṭaha : 88)
Dalam masalah ketuhanan, kaum Yahudi mempercayai bahwa Allah mempunyai anak yakni Uzair dan kaum Nasrani meyakini Isa Al-Masih adalah putra Allah,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ
"Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah." (QS. at-Taubah : 30)
g. Masa Nabi Sulaiman a.s.
Pada masa Nabi Sulaiman, masyarakat negeri Saba’ menyembah matahari. Nabi Sulaiman mengajak pada ajaran tauhid dan akhirnya melalui ratu Bilqis seluruh rakyat dapat menerima ajaran tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt:
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
"Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. an-Naml : 24)
h. Masa Nabi Isa a.s.
Pada masa Nabi Isa, kembali kemusyrikan muncul dan bahkan merajalela, yaitu adanya keyakinan banyak orang dari Bani Israil bahwa Nabi Isa adalah anak Allah (ibnullah), atau salah satu dari tiga unsur yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Quds (Malaikat Jibril) (salis salasah), atau Nabi Isa itulah Allah Swt. Ada sebagian pengikut Nabi Isa yang masih bertahan dengan ketauhidan yaitu pengikut pendeta Arius. Namun ajaran ini akhirnya diharamkan untuk disebarkan. Ayat-ayat di bawah ini menunjukkan tentang hal tersebut :
وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ
"Dan umat Nasrani berkata : al-Masih (Isa ) adalah anak Allah." (QS. at-Taubah : 30)
وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ
"Dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa” (QS.an-Nisa': 171)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
"Sungguh, telah kafir orang orang yang berkata : sesungguhnya Allah adalah al-Masih (Isa) bin Maryam.” (QS. al-Maidah : 17)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang penyimpangan akidah umat umat terdahulu. Sumber buku Siswa Kelas X MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.